Arga tau dia tidak bisa memaksakan keinginannya pada Ana karena kini perempuan itu sedang sakit. Meskipun begitu Ana tetap saja tidak mau memeriksakan diri ke dokter. Sungguh Arga dibuat khawatir karenanya. Sejak hari pernikahannya kemarin Ana memang terlihat tidak baik, dia cenderung lebih diam dan hanya makan sedikit. Arga berpikir bahwa mungkin penyebabnya bisa saja karenanya, sebab dia tau jika Ana secara diam-diam bertemu dengan Viper.
Well, tentu saja Arga cemburu, apalagi Ana tidak memberitaunya jika orang itu datang. Demi Tuhan, Arga selalu bisa melihat tatapan memuja di mata Viper kala memandang Ana bahkan dalam jarak jauh sekalipun. Jika saja kemarin bukan hari pernikahannya maka Arga bisa saja berkelahi dengan Viper, memaksa agar cowok itu menjauhi Ana—istrinya. Miliknya.
Tidak akan Arga izinkan ada laki-laki lain yang menyentuh Ana, bahkan hanya sekadar berjabat tangan. Arga tidak mau Ana menghilang dari sisinya dan Arga tidak akan membiarkannya. Dia sudah cukup susah mendapatkan Ana meskipun dia belum tau apakah hati Ana sudah terisi dirinya atau belum. Ana terkadang membalas ucapan cinta darinya namun itu hanya sekadar ucapan belaka yang bisa saja berubah atau mungkin hanya untuk membuat Arga diam.
Dering ponsel di atas nakas membuat Arga menghentikan kegiatannya memandang kota Jakarta dari balkon kamar hotelnya. Dia beranjak mengambil ponsel dan melihat nama Dion di sana tengah memanggil.
"Gimana? Lo udah dapet rumahnya?" tanya Arga langsung, dia berjalan kembali menuju balkon karena tidak ingin mengganggu Ana yang tengah tidur siang.
"Udah, tiga kamar. Cukup buat kita kumpul," sahut Dion bersemangat.
Arga tersenyum. Dia memang berencana untuk tinggal di sebuah rumah di dekat kampusnya nanti bersama dengan teman lamanya selama masa kuliah. "Mobil gue masih sehat, kan?"
"Woi Tai, sehatlah! Lo aja setiap hari nelponin gue mulu. Eh gue punya kabar. Gue yakin lo bakal seneng nih denger kabar baru."
"Kabar apa?" Arga memindahkan ponselnya dari kuping kanan ke kuping kiri.
"Kalisa balik lagi. Dia mau duduk bareng sama lo," ucap Dion lamat-lamat.
Mendengar nama Kalisa, Arga sontak menoleh dan melihat Ana masih terlelap tidur. Dia lalu berujar pelan, "Kalisa gebetannya Marco?" yakinnya.
"Yaps."
Arga terkekeh. "Gila! Gila! Makin jadi lah kita nanti. Kalo masalah itu mah bisa dijadwalin, ada dia pasti kita kayak dulu lagi."
"Ya iyalah, secara Kalisa itu Dewi Fortuna kita. Eh iya, sorry nih nikahan lo kemaren gue sama Marco gak bisa dateng."
"No problem. Yang penting masih ada perwakilan." Arga memegang pembatas balkon. "Marco masih suka sama dia?"
"Udah gak sih, udah biasa aja. Even Kalisa single juga, Marco udah gak suka lagi. Kangen juga sih gue sama dia, udah hampir satu tahun gak ketemu."
"Dia belum ada di Yogya?"
"Dia bilang sih datengnya barengan lo, jadi biar sekalian kita-kita jemput lo di bandara."
"Anjir emang! Gue juga kangen sama itu anak." Arga kini membayangkan sosok Kalisa, dengan rambut sepunggungnya yang dibiarkan tergerai.
Di seberang, Dion berdeham keras, "Inget woi, lo baru nikah. Udah punya bini yang bisa diajak mantap-mantap. Jangan ngebayangin cewek lain. Jangan tolol!"
"Anjing ya gaklah. Gue juga ngerti, Yon."
Dion tertawa puas. "Gimana nih malem pertama lo?" Alisnya naik-turun menggoda.
Arga mengusap rahangnya perlahan, sejenak berusaha berpikir sebelum menjawab, "Itu rahasia goblok lo!"
Dion makin tertawa lebar. "Ya udah, gue tunggu lo di Yogya."
Setelah telpon dimatikan, Arga kembali ke dalam, dia menghampiri Ana dan mengusap wajah perempuannya lembut. Malam pertama? Arga hampir tertawa tadi karena pertanyaan dari Dion, jika saja temannya tau jika Arga belum melakukannya maka bisa dipastikan Dion akan tertawa mengejek. Ya, jangan salahkan Arga, dia sudah membawa pengaman di dalam kopernya tapi keadaan tidak mendukung. Bukan karena Arga tidak mau.
Arga melihat Ana menggeliat dan bergeser ke arahnya, wajahnya terlihat begitu damai, keadaannya sudah cukup membaik. Mereka bisa keluar dari hotel sore ini. Omong-omong, pagi tadi keluarganya dan keluarga Arga sudah kembali ke rumah, mereka sengaja membiarkan kedua orang ini agar berdiam lebih lama.
Arga akhirnya duduk bersandar di kepala ranjang dengan sebelah tangan mengelus rambut Ana, ntah kenapa sosok Kalisa kini kembali menari di pikirannya. Sungguh, Arga tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika dia kembali bertemu dengan Kalisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...