Pagi ini Ana sengaja mengajak Arga untuk berenang bersama di kolam renang rumah, dia memakai bikini terbaru dan sengaja meminta Arga untuk menilai penampilannya. Seperti biasa, Arga berkata bahwa Ana cantik dan seksi. Ana sengaja membuat gaya renangnya sedikit lebih menggoda sehingga Arga yang berdiri bersandar di dalam kolam itu menyunggingkan senyum miring. Ana kemudian menuju ke arah Arga.
"Kamu di sini sampe hari apa?" tanya Ana, tubuhnya beranjak mendekati Arga perlahan-lahan.
"Hari Senin pagi aku berangkat ke Yogya," kata Arga dengan sebelah tangan menarik pinggang Ana. "Kamu goda aku?"
"Aku? Goda kamu? Kamu aja kali yang mau aku goda." Nyatanya Ana memang tengah menggoda Arga, kali ini jemarinya sudah menyusuri dada suaminya. "Lama juga. Mm, gimana kalo nanti kita keluar?"
"Kencan maksud kamu?"
Ana mengangguk.
"Sounds great. Kita juga belum pernah ke mana-mana sejak nikah. Ya udah nanti kita pergi, ke manapun kamu mau."
Jemari Ana berputar dengan gerakan anggun di dada Arga hingga cowok itu hampir saja mengerang jika Ana tidak menghentikannya. Kedua matanya menatap Arga dalam dan lamat-lamat. Dia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Arga, di manapun itu, dia ingin agar perasaannya merasa tenang. Sebaik mungkin Ana harus bisa memaksimalkan hari dengan Arga.
"Floana, kamu mau buat stok kondom aku habis besok?" Arga berusaha agar suaranya tidak terdengar berat.
Ana mendelik lalu tersenyum. "Kalo gitu kita beli hari ini."
"I do love you, My Queen." Arga mendekatkan wajahnya pada Ana, dikecupnya kening Ana dalam waktu lama. Didekapnya tubuh Ana semakin dalam. "Kamu bisa ngerasain, kan?"
Arga sudah tergoda oleh Ana, bahkan hanya dengan gerakan kecil, namun Ana malah semakin senang menggoda. Dia benar-benar seperti seorang perempuan binal. Biarlah, hanya kali ini saja. Mungkin.
Ana hanya ingin melihat betapa ahlinya Arga. Betapa jari-jemari itu begitu tau bagian mana yang harus disentuh.
Ana mendesah tanpa sengaja ketika jemari Arga meremas dadanya, refleks ditutupnya mulutnya dengan kedua tangannya. Arga terkekeh pelan.
"I wonder, dari mana kamu bisa tau bagian-bagian mana yang harus kamu sentuh." Kedua tangan Ana berada di pundak Arga, kaki-kakinya terasa sedikit lemas. Dan Arga paham jika harus menahan tubuh Ana.
"Should I tell you the truth?" tanya Arga. Ana mengangguk. "Aku nonton dari film biru sama buku-buku dan aku coba praktekkin ke kamu."
"Serius? Kamu gak lagi boong, kan?"
"Floana, hidup aku memang gak murni bagus, aku termasuk nakal tapi untuk yang satu ini sebisa mungkin aku gak main perempuan. Lebih baik aku solo daripada nyakitin perasaan pasangan aku. Aku belajar supaya kamu puas bukan cuma aku karena... aku tau perempuan butuh waktu lebih lama," katanya. "Aku punya batas, sama seperti kamu yang ngasih batasan. Aku gak mau hidup aku terlalu bebas dan gak ada batasan. Gak apa-apa kalo kamu gak percaya. Aku ngerti."
Kedua mata Ana yang menatap Arga itu menemukan ketulusan dan kejujuran di sana. Dia memang tidak mengetahui dengan jelas bagaimana masa lalu Arga, tapi dia harus mempercai perkataan arga barusan.
"Aku percaya sama kamu. Maaf aku udah nanya kayak gitu. Aku cuma—"
Arga tidak membiarkan Ana melanjutkan ucapannya dalam bentuk kata melainkan ciuman. Arga tidak mau membuat Ana khawatir. Arga tidak mau jika Ana memiliki perasaan yang tidak-tidak padanya, demi apapun, Arga hanya mencintai Ana. Dia adalah perempuan satu-satunya yang bisa membuat jantungnya berdebar tidak teratur. Membuatnya selalu kalang kabut. Membuatnya tidak bisa tidur nyenyak kala berjauhan.
***
"Kamu suka yang ini atau ini?" Ana menunjukkan dua buah lipcream pada Arga.
"Aku rasa yang ini. Lebih kalem di kamu."
"Oke. Aku beli dua-duanya."
"Floana."
"Kenapa? Aku suka yang ini dan kamu suka yang ini, jadi aku beli aja dua-duanya." Dimasukkannya dua lipcream berbeda warna itu ke dalam basket.
Arga geleng-geleng kepala melihat tingkah Ana. "Aku jadi mau nyium kamu."
"Iya, abis ini kita cari baju," kata Ana pura-pura tidak mendengar. "Ayok ke sebelah sana."
Setelah kurang lebih setengah jam berbelanja make up, Ana membawa Arga untuk membeli pakaian. Dia kembali bertanya pakaian apa yang Arga suka untuk dikenakannya.
"Aku suka kamu pake baju kayak manapun. Asal kalo pergi jangan yang kebuka, aku gak suka," jelas Arga ketika Ana memilih dress selutut.
Ya, Arga memang tidak suka, dia sudah membuktikannya tadi sebelum pergi. Ana yang berniat mengenakan jins pendek dengan atasan sabrina itu segera dihentikan oleh Arga. Hingga akhirnya dia mengenakan celana jins semata kaki dan blouse.
Setelah dirasa lelah akhirnya mereka memilih untuk beranjak menuju tempat makan. Ana tau jika Arga sudah lelah dan lapar. Mereka masuk ke restoran dengan makanan khas Indonesia, Ana memesan makanan sementara Arga hanya duduk diam di depannya.
"Kenapa? Kamu udah laper banget?"
Arga menggeleng. "Aku cuma heran sama kamu, kenapa belanjanya cepet. Biasanya perempuan itu suka lama."
"Gak semuanya, Ga. Underline that. Aku emang suka belanja tapi gak pernah lama, kalo lama juga itu karena ngobrol pas makan." Karena Ana memang tidak terlalu menyukai apabila diikuti oleh pegawai toko.
"I see. Padahal aku udah nyiapin mental."
Ana mencibir. "Ga, liat sini. Senyum." Diabadikannya wajah Arga dalam bentuk foto. Ana berniat untuk mengunggahnya di Instagram. "Eh kayaknya aku belom follow kamu deh. Akun IG kamu apa?"
"Aku jarang main kayak gitu." Dikeluarkannya ponsel dan diberikannya pada Ana. "Kamu buka aja sendiri, password-nya tanggal pernikahan kita."
"Udaah." Ana menyerahkan ponsel itu kembali pada Arga setelah meng-upload foto Arga dan di-tag-nya akun IG suaminya, tak lupa juga dengan emoticon love di sana.
Arga melakukan hal yang sama juga pada akun Instagramnya. Namun hal itu malah membuat Ana kesal.
"Gak bisa bagusan dikit? Aku aja bisa bagus, lho."
"Emangnya itu gak bagus? Aku udah buat lurus terus muka kamu juga jelas."
"Jelas banget nyampe bulu hidung aja keliatan."
Arga tertawa renyah. "Ya udah, sini aku foto lagi."
Ana mendesis dan menggeleng. "Gak usah. Aku gak percaya sama kemampuan kamu."
Perdebatan keduanya terhenti ketika makanan yang mereka pesan sudah tersaji di meja. Ana beringsut berpindah duduk di sebelah Arga dan mengeluarkan ponsel.
"Aku baru inget kalo kita gak pernah foto berdua sejak nikah." Ana tersenyum pada ponsel dengan Arga yang sedikit kaget namun kemudian kepala Arga bergerak dan mencium kepala Ana. "Aku jadiin wallpaper kayaknya bagus. Oke, sekarang kita makan."
"Aku udah ngasih tau Kakek kalo kita langsung pulang ke rumah kita," kata Arga seraya memakan bebek asam manis. "Ke rumah Papa besok. Kita nginep di sana."
Ana mengangguk, dia menerima suapan dari Arga. "Jadi besok aku bawa baju ke rumah kamu?"
"Gak usah, kamu pake baju Gibran aja nanti."
"Bodo amat."
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...