Ana bisa merasakan jemari Arga yang bermain di setiap jengkal tubuhnya. Dia tau jika Arga memaksa agar Ana bangun dan terangsang, dan Arga memang membuat Ana bangun. Arga sudah tau kelemahan Ana.
"Wait, aku mau nanya sama kamu," ucap Ana ketika Arga berhasil meloloskan kausnya. "Seberapa deket hubungan kamu sama Kalisa?"
"Aku udah pernah jelasin ke kamu, kan? Oke, aku jelasin lagi. Aku sama dia udah kenal dari bayi, udah sahabatan dari bayi. Aku sama dia sering main bareng. Ke mana-mana bareng dan aku emang selalu kayak gitu sama dia."
"Termasuk ngerangkul kamu?"
"Itu kebiasaan lama, Floana. Karena aku udah nganggep dia keluarga sendiri jadi dia memang biasa kayak gitu. Aku biasa jadi tempat curhatan dia sampe sekarang juga masih."
Ana memutar bola matanya. Kebisaan lama Arga bilang? Cih, apa harus selalu dilakukan?
"Bisa nanti aja marahnya? Aku udah kangen sama kamu."
"No sex for today."
"Why?"
"Not until you tell me, everything."
"Nan—"
"Gak!" potong Ana tajam. "Sekarang atau gak sama sekali!"
Arga memejamkan kedua matanya lalu dia duduk di pinggir ranjang, sebelah tangannya mengusap rambutnya hingga berantakan. Tanpa berkata apapun dia berlalu dari kamar. Sementara itu Ana memakai kembali kausnya dan mendengus melihat reaksi Arga.
Tak berselang lama, Arga kembali, dia segera memeluk tubuh Ana lembut. "Maaf Floana. Maaf kalau tadi aku memaksa kamu. Maaf," ucap Arga. "Kamu mau nanya apa? Aku bakal jawab."
Ana menghembuskan napasnya pelan. "Apa cuma Kalisa temen kamu dari kecil?"
Arga mengangguk. "Dia tetangga aku, rumahnya cuma beda dua blok dari sini. Keluarga aku sering ngajak dia makan bareng, keluarga dia juga gitu. Apalagi waktu SD kadang orang tua aku gak ada di rumah, aku jadi lebih sering main ke rumah dia. Keluarga dia juga udah nganggep aku kayak anak sendiri. Nyampe SMP aku satu sekolah sama dia, aku masih sering pergi ke mana-mana bareng, nyampe... ada yang bilang kalo aku sama dia pacaran.
"Tapi pas SMA, Papa mutusin kalo aku harus sekolah di London. Aku gak mau jadi aku gak masuk sekolah dan balik lagi ke sini. Tapi ya aku malah jadi tambah buruk, dan Kalisa sempet marah sama aku karena itu. Dan akhirnya aku pindah ke Jakarta, ninggalin yang lain di sini."
"Kenapa Kalisa marah sama kamu?"
"Karena aku berubah, Floana. Aku balapan karena gengsi dan nyari popularitas. Dia yang nemenin aku selama balapan ngerasain itu dan akhirnya benci. Hubungan aku sama dia sempet renggang, tapi akhirnya kita bisa balik lagi dan karena aku udah lama gak ketemu dia jadi aku kangen sama dia. Kangen sebagai sahabat. Gak lebih."
"Masih ada yang kurang, kan?"
"Maafin aku. Tapi jujur, sehabis kelulusan, mereka bilang kalo Kalisa pergi. Dia pindah ke Surabaya karena orang tuanya, dan dia juga jadi susah dihubungin. Satu tahun dia di sana dan sekarang dia balik lagi ke sini."
Ana tidak bisa menyimpulkan ucapan Arga karena bukan ini yang ingin dia dengar.
"Kamu seneng sekarang dia ada di sini? Jujur."
Perlahan, Arga mengangguk. "Maaf, Floana."
Ana menahan diri untuk tidak mengurai pelukan dari Arga dan memaki suaminya itu. "Masih nemenin kamu balapan?"
"Masih. Dion bilang kalo dia itu Dewi Fortuna."
Ana memejamkan kedua matanya. Arga sudah mengatakannya bahwa dia merindukan kedatangan Kalisa, ntah bagaimana bentuknya. Suaminya tidak mengelak sama sekali padahal bukan ini yang mau Ana dengar. Ana ingin Arga berkata bahwa dia tidak memihak Kalisa. Bahwa Arga tetap memilih Ana. Bahwa Arga akan mencoba mengurangi kedekatannya dengan Kalisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...