Hari-hari Ana mulai disibukkan dengan urusan kuliah. Dia dan kedua temannya beberapa hari terakhir ini sibuk mendaftar dan menyiapkan beberapa keperluan penting hingga harus bolak-balik sekolah. Biasanya, sore hari mereka akan menghabiskan waktu dengan berbelanja ataupun menonton di bioskop. Tak ada lagi clubbing meskipun Ana merindukan tempat itu. Well, dia masih tidak tau bagaimana jika dia melanggar janjinya pada Arga untuk tidak pergi ke club. Mungkin Arga akan segera kembali ke Jakarta atau bisa saja memarahi Ana.
Namun semenjak Arga pergi, suaminya itu memang selalu memberinya pesan terlebih dahulu. Ana tidak pernah dibiarkan untuk memulai, Ana harus berterima kasih juga pada Arga karena dia juga seringkali lupa harus mengabari Arga. Arga membagikan kegiatannya sehari-hari di sana, bertemu dengan teman-teman lamanya dan juga melanjutkan hobi lamanya—balapan. Tapi Arga terkadang menunjukkan sifat jahilnya dengan sengaja mendesah ketika bertelpon ria, bahkan dia juga hampir mengirimkan foto yang tidak senonoh. Jika saja Ana tidak mengancam akan memblokir nomor suaminya, maka bisa dipastikan Arga akan berbuat semakin liar.
"Aku kangen masukkin kamu, Floana," kata Arga begitu Ana mengangkat telpon. "Main solo ternyata gak enak."
Ana berdecak. "Gak usah mesum ya, Ga. Tutup nih!"
"Jangan dong, Sayang. Aku mau denger suara kamu, apalagi suara—"
"Tutup beneran nih!" seru Ana berang. "Kalo gak ada kepentingan laen gak usah nelpon."
"Iya, maaf, Floana." Arga memijat pelipisnya. "Gimana kegiatan kamu hari ini? Lancar?"
Ana merebahkan badannya di atas ranjang, dia memiringkan posisinya. "Lancar kok, tinggal minggu besok ngurus buat keterima kuliah aja deh. Abis itu ngambil almamater sama yang lain terus tinggal tunggu tanggal maen masuk kampus."
"God, aku ngebayangin gimana nanti kamu kuliah. Aku harap kegiatan kamu lancar ya, Floana."
Ana menggumam. "Kamu sibuk apa aja? Balapan?"
Terdengar suara renyah tawa Arga. "Aku gak setiap hari balapan, kalo lagi mau aja. Kamu udah makan malem?"
"Belom."
"Kenapa? Kangen disuapin sama aku, ya?"
"Mimpi, Ga!"
Arga terkekeh, "Kalo jawabnya jutek gini pasti muka kamu lucu nih. Sayang gak bisa liat. Coba dong PAP."
Ana mendesis, kemudian dia mengirimkan foto wajah dirinya dari galeri ponsel.
"Yah, kok poto lama, sih?"
"Lagian muka aku juga gak berubah. Apaan sih PAP segala. Norak."
"Kalo gitu aku mau kamu PAP bagian atas, tanpa baju, tanpa apapun."
"Aku aduin Kakek ya!"
"Aduin aja, Kakek juga gak bakal marah kalo aku mesum. Aku mesumnya kan sama kamu ini, kalo sama yang lain baru marah."
Ana berusaha menahan deru nafasnya agar teratur, kenapa hari ini Arga menyebalkan? Tapi bukan hari ini saja sih, hampir setiap hari Arga memang menyebalkan.
"Floana, I miss you." Kali ini suara Arga terdengar begitu penuh kelembutan. "Aku bener-bener kangen sama kamu. Aku kangen semuanya dari kamu."
Ana menghela nafasnya, dia beranjak dari ranjang karena mendengar suara petir di kejauhan. Melihat kilat petir di ujung sana dia jadi ingat akan sosok Arga. "Di sini ada petir, aku jadi keinget kamu," balasnya kemudian. "Jadi inget kalo kamu takut sama petir." Lalu Arga yang mulai mencari pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...