Ini terakhir kalinya doube update yaaak. Hehehe.
***
Ana tidak tau pasti mengapa dia berubah, karena mencintai Arga atau karena menghargai pernikahannya. Tapi dia sudah merasa muak terus dibodohi.
"Woi, dua hari besok kita bolos. Gue mau ngelabrak Si Jalang itu," ucap Ana tiba-tiba membuat kedua temannya yang sedang makan tersedak.
"Ha? Gue gak salah denger nih? Maksudnya Kalisa, kan?" tanya Kelly seraya membersihkan mulutnya. "Anjir, gini dong baru yang namanya Ana."
"Gue udah muak sama dua orang itu."
"Ada sesuatu yang gak lo ceritain kan sama kita?" Karina menyenggol lengan Ana. "Ada apa?"
"Anjing emang!" maki Kelly begitu Ana selesai bercerita. "Kenapa Arga jadi gitu sih? Sori nih An, bukannya gue mau manasin lo nih, cuma itu artinya Arga bohong sama lo selama ini?"
Karina mengangguk. "Sukur lo udah tau sekarang, An. Jadi lo mau kita bedua gimana?"
"Diem aja, ikutin gue."
"Oke."
Ana sudah berada di kampus Arga, setelah bekerja sama dengan Dion, kini Ana berdiri di lorong gedung Fakultas Bisnis, menunggu waktu yang tepat. Dua menit setelahnya Ana mulai memasuki ruangan.
"Hello the-fucking-innocent-bitch, Kalisa. Long time no see."
Kalisa yang sedang berbincang itu terkejut, dia beranjak menuju Ana. "Apa? Gue gak salah denger, kan?"
"The-fucking-innocent-bitch. Sebutan apa lagi yang cocok untuk seorang penggoda?"
"Maksud lo apa ya? Gue bener-bener gak ngerti."
Ana mendengus, menyibakkan rambutnya ke belakang. "Orang yang pake alasan atas dasar sahabat dan berusaha deket-deket sama suami gue, harus gue sebut apa?"
"Tapi kenyataannya Arga itu sahabat gue."
"Persahabatan tai! Kayaknya orang-orang di sini juga belum tau ya kalo Arga itu udah jadi suami. Suami gue!" Ana menekankan ucapannya dan didapatnya reaksi kaget dari mahasiswi yang tersisa di sana. Ternyata benar, tidak ada yang tau.
Kalisa mengulas senyum. Senyum yang memuakkan. "Gimana kalo kita bahas di tempat lain aja?"
"Kenapa? Biar orang-orang gak tau kalo Arga itu suami gue dan lo bebas meluk-meluk Arga, gitu? Pinter banget lo."
"An, gue rasa ini gak cocok dibahas di sini. Mending cari tempat lain."
Ana menepis tangan Kalisa dengan kasar. "Anjing! Gue mau lo sadar diri. Arga suami gue dan lo jangan coba ngerebut dia."
"Gue gak pernah ya ngerebut dia," ucap Kalisa setengah kesal. "Apa sih maksud lo dateng-dateng ke sini gak jelas. Biar apa gitu?"
"Biar lo tau, gak akan ada yang beres sama persahabatan lo itu."
"Tapi gue fine-fine aja, yang lain juga fine-fine aja kalo gue deket sama Arga."
"Goblok lo jadi orang, yang lain fine-fine aja karena gak tau," sinis Ana. "Gue tau lo gak suka sama gue. Lo gak suka kalo gue nikah sama Arga. Kenapa? Kesel karena tebakan gue bener? Munafik lo."
Kalisa mendengus lalu melipat kedua tangannya. "Gini ya, gue rasa lo baru anak kemaren sore yang gak tau tentang hubungan gue sama Arga. Gue udah sahabatan sama dia dari bayi."
"Sumpah, bosen gue dengernya. Emang peduli gue, mau lo sahabatan dari masa sperma berenang juga bodo amat. Intinya lo jangan kegatelan. Gak usah manfaatin status lo sama Arga kalo gak mau gue sebut pelakor."
"Harusnya lo sadar ya An, hubungan gue sama Arga lebih dari sahabat. Lo itu gak ngerti apa-apa."
"Apa? Cuma karena Arga pernah nyium lo dan lo ngerasa bangga?" Ana tertawa sinis. "He is not a God. He is a man. Dan lo tau apa yang ada di otak cowok? Sex."
"Dari awal gue juga gak suka sama lo. Lo itu gak sesuai sama Arga. Mana ada cowok yang mau sama cewek kasar kayak lo."
"Oh ya? Jadi menurut lo siapa yang sesuai buat Arga? Elo? It's so fucking funny." Ana pura-pura terkekeh. "Tapi sayang banget, orang yang katanya sesuai sama Arga malah cuma dijadiin sahabat."
"Lo!"
"Lepasin aja, gue tau lo mau marah. Gak ada Arga yang bakal liat."
"Gue gak bakal diem aja diginiin sama lo."
"Bagus dong." Ana mengangkat bahunya. "Jadi kita masih punya babak selanjutnya."
Kalisa mendengus keras, napasnya memburu. Mahasiswi yang masih berada di sekitar mereka tak beranjak malah bertambah.
"Mulut lo sampah ya, An. Gak bisa dijaga," desis Kalisa. "Lo emang bener-bener gak pantes buat Arga. Gue kasian sama dia."
"Mulut gue emang gak bisa dijaga tapi tubuh gue bisa. Seberapa banyak lo ngarep Arga nyentuh lo, ha?" Ana memajukan tubuhnya, kedua matanya menatap tajam mata Kalisa.
"Seenggaknya gak sebanyak lo yang punya reputasi buruk sama cowok. Lo yang lebih mirip jalang."
"Gue gak pernah nyembunyiin semuanya pake kata-kata polos, Kalisa. Dan gue juga gak pernah ngerebut milik orang. Beda kelas antara bos dan babu."
"Lo kurang ajar!"
"Jangan main tangan, Anjing!" Ana menahan tangan Kalisa yang hendak menamparnya. "Simpen buat nanti." Dihempasnya tangan Kalisa kasar. "Well, see you around, Bitch!" Sebelum keluar dari ruangan, Ana menyempatkan diri untuk tersenyum lebar pada Kalisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...