Malam itu Ana habiskan hanya untuk berbaring di kasur dengan mata yang menatap lurus ke langit-langit. Jika saja dia bisa maka dia akan pulang hari itu juga, tapi berhubung dia ke sini bersama dengan dua temannya—yang tidak mau melewatkan cowok-cowok ganteng dan keren—terpaksa Ana harus bersabar. Ponselnya sengaja dia matikan karena sedari tadi Arga begitu menganggunya.
Pintu vila itu tiba-tiba terketuk, Ana beranjak dari kasur lalu melihat melalui lubang kecil di pintu. Dia melihat Arga berdiri di sana. Ana mendesah berat, dia tidak berminat untuk membukakan pintu, biar saja Arga berdiri kaku di sana.
"Floana, saya tau kamu di dalam."
Ana diam.
"Floana, buka pintunya atau saya akan menelpon Kakek."
"Ngaduan banget sih lo jadi orang?!" sungut Ana tajam begitu dia membuka pintu. "Mau ngapain lo?"
Arga melangkah masuk, memaksa Ana untuk bergeser, lalu ditutupnya pintu di belakangnya. "Kamu masih marah?"
"Bisa gak sih gak usah nanya hal yang sama. Eneg gue dengernya." Ana berlalu dari sana dengan langkah cepat, dia kembali memasuki kamar. Dia tau jika Arga mengikutinya.
"Floana, saya minta maaf. Saya tidak tau kalau itu membuat kamu marah. Floana." Arga kini memeluk tubuh Ana dari belakang. "Maafkan saya, Floana."
Ana memejamkan matanya. Beberapa bulan sejak mereka dekat ntah mengapa Ana selalu saja merasa luluh jika Arga sudah memeluknya dan berkata lembut. Semua itu seakan bisa meruntuhkan tembok judes Ana.
"Iya, gue tau," kata Ana kemudian. "Apa lagi yang mau lo omongin?"
"Saya ingin memeluk kamu."
"Ini gak ujan dan gak ada petir."
"Saya tetap ingin memeluk kamu."
"Lagi lo lakuin sekarang."
"Floana." Arga mengendus leher Ana. "Saya takut kamu pergi."
"Gak akan, Ga."
"Di sini ada Viper, saya takut dia mengambil kamu. Saya tau dia menyukai kamu, Floana."
Ana memejamkan matanya, dia mengerti mengapa Arga mengatakan hal demikian. Itu semua terjadi sebulan setelah Glenn tertangkap, Viper mulai mendatangi Ana dan sering kali mengikuti ke mana Ana pergi, bukan untuk melaksanakan tugas tapi untuk mendekati Ana. Viper secara terang-terangan berkata suka dengan Ana di depan Arga dan berniat untuk merebut Ana, sejak saat itu Arga selalu menaruh perhatian lebih pada Ana yang membuat cewek itu jengah.
"Bentar lagi Kelly sama Karina balik."
Setelah Ana mengucapkan kalimat itu dua temannya segera masuk ditemani dengan cekikikan senang. Pintu kamar Ana terbuka.
"Oops!" Karina meringis begitu melihat Arga dan Ana di sana. "Kayaknya gue ganggu lo bedua."
Arga mengurai pelukannya lalu menghampiri Karina. "Saya pinjem Ana untuk malam ini."
"Oh ya boleh banget!" Karina manggut-manggut diikuti oleh Kelly di belakangnya. "Take your time!" Karina menutup pintu. "Jangan lupa pengaman!"
Ana meringis mendengar teriakan Karina itu, faktanya tidak akan ada yang terjadi di antara mereka.
"Harus kita lakuin apa yang Karina bilang?"
Ana sedikit berjengit begitu mendengar suara Arga di telinganya. "There is nothing gonna happen."
"Oke."
"Ada alesan apa lagi lo ke sini? Ada yang mau lo omongin?"
"Iya, tapi gak di sini." Secara tiba-tiba Arga membopong tubuh Ana dan merebahkannya ke atas kasur disusul dengannya. "About our wedding."
"Apa lagi yang mau diomongin? Kan udah jelas tanggalnya kapan, acaranya gimana. Semuanya udah jelas."
"Iya, tapi ini tentang keputusan kamu yang tidak mau ikut saya."
"Udah gue bilang kan gue mau di Jakarta. Gak ada bedanya, Ga."
"Floana."
"Ga, gue udah pernah bahas ini kan sama lo. Gue gak mau di sana, gue gak punya temen di sana."
"Tapi kamu seharusnya sudah mulai belajar untuk bertemu dengan orang baru."
"Nanti juga gue dapet orang baru." Ana menepis tangan Arga yang berusaha merengkuhnya. "Kalo emang lo gak mau jauh-jauh, kenapa lo harus kuliah di Yogya? Kenapa gak lo aja yang di sini?"
Arga mendesah berat. "Dua-duanya sama penting, Floana. Jadi saya tidak bisa memilih."
"Kalo gitu ya udah, gue tetep di sini."
Arga menatap tunangannya itu dengan beribu macam perasaan, tanggal pernikahan mereka sebenarnya sudah diatur, persiapan sudah dibuat hanya tinggal mengeksekusinya saja. Keinginan Arga untuk membawa Ana bersamanya ke Yogya ternyata ditolak—meskipun dia sudah mengira ini sebelumnya. Tapi membayangkan dia akan melakukan hubungan jarak jauh dengan Ana membuatnya tidak yakin, belum lagi dengan fakta bahwa Viper menyukai tunangannya ini.
Arga bergerak maju dan memerangkap tubuh Ana untuk kemudian dilumatnya bibir cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...