Bagian Empat Belas

327 11 0
                                    

Siang tadi, setelah mendapatkan pengumuman kelulusan, Ana membawa dua temannya untuk makan di salah satu restoran bergaya Jepang ternama di sana. dia meminta kedua temannya untuk memesan makanan apapun yang mereka mau.

"Akhirnya udah bukan anak SMA lagi," seru Kelly senang.

Well, jika yang lain sibuk dengan coret-coret seragam dan berkeliling namun bagi tiga cewek itu menghabiskan waktu dengan berbelanja dan makan adalah hal yang patut dilakukan.

"Tinggal siap-siap kuliah. Jadi kan Akuntansi?"

"Jadi dong!" Ana menyahut. "Tetep satu kampus, kan?"

"Wih iya dong! Ya kan, Na?" Kelly menyenggol Karina, namun cewek itu hanya tersenyum. "Lo kenapa?"

"Gak apa-apa. Emangnya gue kenapa?"

Ana meletakkan gelas yang dipegangnya lalu menatap tajam pada Karina. "Ceritain lo kenapa," katanya, pelan namun penuh penekanan.

"Gue... kayaknya gak bakal langsung kuliah."

"Kenapa?"

"Lo tau lah, soal biaya."

Sejak permasalahan yang terjadi di hidupnya, bisa dibilang gaya hidup Karina saat ini sedikit berbeda dan Ana tau itu. Karenanya dia juga sering membelanjakan Karina, membuat temannya itu tidak merasa kecil hati lagi.

"Kalo masalah itu gampang, ada beasiswa. Nanti gue bantu cariin."

Yang dimaksud beasiswa oleh Ana adalah Kakek. Ya, Ana yakin Kakek pasti akan membantunya. Malam hari, seraya menemani Kakek menonton wayang kulit di televisi, Ana mengantarkan camilan dan juga teh hangat.

"Oh tumben kamu Ana mau nemenin Kakek."

"Pengen aja, Kek." Ana duduk di sebelah Kakek. "Kek, Ana mau kuliah jurusan Akuntansi."

"Ya bagus itu. Sudah kamu urus?"

"Udah Ana siapin Kek. Ana juga bakal bareng lagi sama Kelly tapi gak sama Karina."

"Lho kenapa? Dia mau beda jurusan?"

Ana menggeleng. "Bukan Kek, tapi dia gak ada biaya mau kuliah tahun ini. Kakek tau kan Ana pernah cerita gimana Karina sekarang."

Kakek mengangguk.

"Ana... cuma gak mau kalo Karina nanti malah bener-bener gak lanjut kuliah. Sayang Kek. Lagian sekarang lulusan SMA juga pekerjaannya kurang bagus."

Kakek mengelus puncak kepala Ana. "Jadi kamu mau kakek bantu Karina?"

"Iya Kek. Kakek bisa potong uang bulanan Ana, ya itung-itung ngurangin biaya kuliah Karina."

"Kakek akan bantu urus itu."

"Makasih Kek."

Kakek memang benar-benar membantu masalah Karina, dua hari berselang Kakek meminta Ana untuk membawa Karina ke rumah untuk membicarakan pasal kuliah. Karina tadinya menolak namun ANa memaksa.

"Jadi kakek sudah dengar dari Ana kalo kamu gak bisa lanjut tahun ini, betul?"

"Iya Kek."

"Tapi kamu ada keinginan untuk kuliah?"

"Ada Kek."

"Karina, jaman sekarang lulusan SMA itu zona kerjanya kurang luas, minimal harus punya kelebihan atau keahlian. Kakek menyayangkan kalo kamu gak lanjut kuliah. Kakek sudah tau permasalahan kamu, makanya kakek memaksa kamu untuk kuliah."

"Saya juga mau kuliah Kek, tapi biayanya belum tentu cukup sampe saya lulus. Jadi saya pikir saya gak bisa kuliah tahun ini," ujar Karina pelan.

"Makanya kakek memaksa kamu untuk kuliah," ucap Kakek. "Karena kakek yang akan membayar uang kuliah kamu sampe lulus."

Karina yang tadinya setengah menunduk itu mendongak. "Ha? Tapi... saya nanti ngerepotin."

"Apanya yang ngerepotin? Kan kamu yang tinggal kuliah, kakek yang bayar."

"Tapi saya gak bisa ganti uangnya kek."

"Kakek tidak minta untuk diganti. Ini kakek bener-bener mau bantu kamu yang udah mau jadi temen Ana."

"Na, terima aja," ucap Ana cepat, tak membiarkan Karina buka mulut. "Biar kita bisa sukses bareng."

Karina tergagap lalu dia tersenyum.

"Makasih ya, Kek," kata Ana memeluk Kakek, lalu Karina juga ikut memeluk kakek.

"An, gue bener-bener makasih sama lo yang udah mau bantuin gue," ucap Karina ketika dia duduk berdua dengan Ana di gazebo belakang. "Gue gak tau harus gimana lagi."

"Cukup lo jadi Karina yang lurus aja, kerja yang bener-bener aja," balas Ana.

"Mendadak lo jadi bijak."

"Dih bangke!" Ana tertawa. "Lo udah nyiapin berkasnya, kan?"

"Udah. Ada beberapa sih yang belom."

"Ooh. Eh hari Minggu ke Singapur yok, gimana?"

"Mau ngapain?"

"Ya mainlah anjir, masa berkebun!"

"Bangke lo, An. Oke deh. Tapi dibayarin, kan?"

"Iya, yang ekonomi."

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang