Udah gue tag mature ya btw. Walopun gada esek-esek nya tapi gaenak kalo gak pake mature tag.
***
Merapikan rambut Ana yang berantakan, Arga memerhatikan potongan wajah istrinya yang masih terlelap tidur. Kemudian dikecupnya kening Ana lalu turun ke pipi.
"Maaf Floana. Maaf. maafin aku." Ciumannya turun ke leher, menghisap dalam hingga Ana mengerang. "Floana, maaf."
Saat itu diluar turun hujan gerimis, membuat langit pagi itu tak bersinar, hampir sama dengan perasaan Arga sendiri. Dia tidak ingin menyakiti Ana tapi dia tidak bisa melepas Kalisa.
"Take a condom immediately before your cock getting harder."
Ucapan dari Ana itu membuat Arga mendongak, tanpa sadar bibirnya sudah berada di atas perut Ana. "Maaf Floana, aku gak bermaksud bangunin kamu."
"Kamu atau aku?"
Kening Arga berkerut tapi akhirnya dia paham. "Gak. Aku gak mau maksa kamu. Aku ...."
Ana mendengus, "Jadi kamu mau apa?"
Mulut Arga sudah terbuka tapi suara petir menggelegar mengagetkan keduanya, dengan cepat Ana segera memeluk Arga. "Floana, aku gak apa-apa," ucap Arga berusaha menormalkan diri. "Aku gak apa-apa."
"Listen, aku gak tega kalo harus liat kamu ketakutan karena petir kayak gini. Tapi aku juga gak bisa lupain rasa sakit hati aku."
Arga mendongak menatap kedua mata Ana. Tak ada lagi gemuruh petir. "Kamu boleh pukul aku semau kamu. Kamu boleh nyakitin aku selama itu bisa ngehilangin rasa sakit hati kamu."
"Who am I to you?" tanya Ana parau. "Your wife or ... partner sex?"
"Flo—Floana! Kamu ... kamu istri aku. For heaven sake, aku gak pernah nganggep kamu kayak gitu. You are the only one. Demi Tuhan." Arga tidak membiarkan Ana bersuara karena dia segera melumat Ana lama dan dalam.
"Kamu suka kan sama Kalisa?"
Arga terhenyak sejenak namun dia kembali melumat bibir Ana.
"Berarti bener kalo kamu suka sama Kalisa. Sejak kapan?" Ana masih bertanya namun Arga tetap melanjutkan ciumannya di leher Ana. "Arga, jawab aku."
Arga berhenti dan menatap Ana, kedua matanya tanpa terasa kini berkaca-kaca. Dia tidak mengerti bagaimana bisa Ana memasang tampang datar ketika bertanya hal semacam itu. Tapi Arga tak punya jawaban bagus dan sesuai, salah satu kata saja bisa mengubah semuanya.
"Kamu segalanya, bukan yang lain. Kamu satu-satunya, bukan yang lain." Arga segera mengambil kondom dan melucuti pakaian Ana. "Gak ada yang lain, Floana."
Arga bimbang. Arga bingung. Dia terombang-ambing dengan perasaannya sendiri. Dia mencintai Ana, itu sudah jelas, tapi dia juga tidak bisa melepaskan Kalisa begitu saja. Perasaannya yang dulu masih tersisa dan itu tidak bisa dia abaikan. Ketika jauh dari Ana, hati Arga seakan terisi oleh Kalisa, namun ketika jauh dari Kalisa maka hatinya sepenuhnya terisi oleh Ana.
Arga tau dia memang menyakiti Ana tapi dia juga tidak bisa menyebutkan alasan sebenarnya. Dia tidak ingin membuat Ana semakin sakit hati dan terluka.
***
Ana menekan tuts dengan keras, seakan ingin merusak piano tersebut. Ini semua karena Arga yang pergi meninggalkan Ana siang tadi tanpa memberitau terlebih dahulu. Hebat, Arga memang semakin hebat, meninggalkan Ana setelah sex dan membuat hati Ana makin meringis karena dia memang lebih seperti partner sex.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...