Ana dan Arga mengikuti kegiatan resepsi itu sedemikian rupa. Setelah mengikrarkan janji pada pagi hari, acara berlanjut menuju resepsi pada siang hari yang dihadiri cukup banyak tamu. Mulai dari kolega Kakek, Papa dan juga keluarga dari Arga. Gedung kala itu ramai sesak hingga Ana merasa sedikit jengah kala harus tersenyum setiap saat mereka bersalaman. Namun lain pihak, Arga tak menunjukkan raut lelah sama sekali, dia masih tampak begitu bersemangat.
Ana melirik ke sebelah kiri di mana kue pernikahan tiga lapis itu dia potong tadi bersama Arga kini hanya tersisa satu tingkat. Ana sama sekali tidak mau memakannya karena perutnya merasa begitu mual dengan keramaian. Padahal jika di club Ana akan dengan senang hati berbaur tapi mungkin karena saat ini dia bukan berada di club.
Beberapa murid alumni SMA Taruna datang sebagai bentuk jawaban dari undangan yang Ana dan Arga kirim. Kebanyakan tamu itu berasal dari undangan Arga karena Ana hanya mengundang segelintir orang, itupun karena Mama dan Papa yang memaksa. Dia bisa saja hanya mengundang Kelly, Karina dan Darren.
Ana masih tidak percaya statusnya kini sudah berubah. Bagaimana dia harus bersikap setelah ini? Apa dia masih bisa mengunjungi club? Tapi masa bodo dengan Arga, toh suaminya pun akan pergi ke Yogyakarta tak lama lagi. Ana mungkin akan melakukan seperti yang biasa dia lakukan, dikurangi dengan memainkan para cowok.
"Kamu mau makan?"
Ana mengerjap mendengar suara Arga di tengah suara musik yang mengalun. Dia menoleh dan melihat wajah Arga begitu dekat dengannya hingga Ana yakin jika Arga bergerak maju maka bibir mereka akan bersentuhan. "Lo laper?"
Arga mengangguk. "Aku mau makan bareng kamu." Dia menarik satu tangan Ana dan menggiringnya menuju sisi kiri bagian gedung, tempat keluarga dekat berkumpul. "Kamu mau makan apa?" Arga sudah memegang piring di tangannya.
Sejak tadi Ana memang tidak merasa lapar, dia hanya ingin acara ini selesai, namun acara ini baru akan selesai malam nanti. "Gue... bareng sama lo aja."
Arga tersenyum, dia mengambil makanan dengan porsi yang pas untuknya dan juga Ana. Kemudian dia membawa Ana duduk di salah satu bangku di sana.
"Kamu tau, aku lebih suka kalo gaya bicara kamu diubah. We're now a husband and wife, and I think gue-lo must turn into aku-kamu. Right?"
"So—sorry. Gue—aku cuma belum biasa, ya jadi—"
Arga menggenggam tangan Ana kemudian merangkum wajah istrinya. "Jangan dipaksa, oke? Perlahan." Dia mendekatkan wajahnya lalu mencium lembut bibir Ana. "I know he was here."
Ana sedikit mengernyit tapi begitu dia melihat pandangan marah dan cemburu dari Arga dia tau siapa yang dimaksud. "Dia cuma ngasih ucapan selamat."
"Secara personal?"
"Ya bisa dibilang gitu."
"Dan kamu gak ngasih tau aku?"
"Aku rasa itu gak penting karena—"
"Sekecil apapun itu kamu harus kasih tau aku," Arga hampir menggeram. "Meskipun kamu cuma ngeliat dia, kamu harus kasih tau aku."
"Ga, udahlah—"
"Gak bisa, Floana. Aku gak mau sampe ada apa-apa sama kamu. Aku gak mau dia deket sama kamu dan aku harap kamu juga bisa jaga diri kamu."
Meskipun suara Arga terdengar pelan tapi Ana bisa menangkap nada marah dan tidak suka yang begitu dalam di suaranya. Ana berdecak.
"Gue gak laper," desis Ana lalu dia mendorong kursi itu sedikit kasar dan pergi dari sana.
Ini adalah hari pernikahan mereka namun Arga sudah berhasil membuat mood Ana rusak. Semakin hari ketakutan Arga akan Evan semakin menjadi, Ana sudah tidak bisa berpikir lagi. Apa yang harus Arga takutkan dari sosok Evan? Ana sama sekali tidak tertarik dengan cowok yang pernah membahayakan hidupnya. Evan terasa begitu jauh dengan tipe pasangan ideal, lagian juga dia kini sudah menikah dengan Arga. Dan demi Tuhan, Ana bukan seseorang yang mudah memainkan hubungan terikat seperti ini. Dia tau segala resikonya. Dia tau apa kewajibannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...