Bagian 69

149 11 18
                                    

Halo, masyarakat!

Harusnya gue upload besok tapi tak apa.

***

Penyesalan selalu datang belakangan, itu yang Arga rasakan ketika sampai beberapa minggu kemudian Ana masih tidak mau berbicara dengannya, bahkan untuk sekadar membalas dan menerima panggilan. Ana sudah berubah, mata yang menatapnya kini hanya datar dan kosong tampak tidak berminat.

"Ana, gimana hubungan kalian berdua? Baik, kan?" tanya Papa Satria ketika mereka makan malam bersama.

"Baik kok, Pa. Kita baik-baik aja, ya kan, Ga?" Ana menoleh pada Arga dan tersenyum penuh kepalsuan.

"Iya, Pa. Kita ... baik-baik aja."

"Sebentar lagi kan kalian liburan, ada rencana mau liburan?"

"Mmm, kalo itu kita belum bahas, Pa. Mungkin nanti, liburannya juga kan lama."

"Iya juga. Malem ini kalian nginep sini ya?"

"Iya, Pa," Arga menjawab dengan cepat sebelum Ana berkata terlebih dahulu.

Ketika makan malam usai, Ana bermain dengan Gibran dan Arga memanfaatkan momen tersebut untuk berbicara dengan Ana.

"Aku salah. Aku tau kamu gak bakal maafin aku," katanya serak. "Jujur aku gak bisa, aku sayang sama kamu, Floana."

"What do you want? Sex?"

Kedua mata Arga segera membola. "Demi Tuhan, bukan itu yang aku mau. Aku cuma mau ngomong sama kamu, aku nyesel. Aku salah."

Ana lebih memilih bermain dengan Gibran, tak menggubris Arga.

"Aku akuin, dulu aku emang suka sama Kalisa. Maaf kalo aku bohong sama kamu, tapi jujur sejak aku lihat kamu pertama kali, aku emang suka sama kamu. Sampai sekarang, ketika aku ngelihat kamu, semuanya masih kayak dulu. Aku tau rasa sakit hati kamu udah besar banget, aku salah karena lebih ngebela Kalisa, aku salah ninggalin kamu. Harusnya aku lebih peka sama semuanya. Aku keterlaluan."

"Emang."

"Floana, kamu—"

"Kita bahas di kamar aja. Gib, lo main sendiri dulu ya, atau sama Bi Tuni."

Gibran mengangguk dengan senyum lebarnya.

Arga kira Ana memberi lampu hijau, nyatanya sepanjang Arga berkata, Ana sama sekali tak berucap. Malah cenderung tidak peduli, kedua matanya saja menatap tak berselera sampai akhirnya Ana lelah dan memilih tidur.

Arga mengecup pelan kening Ana yang sudah tertidur lelap, tanpa sadar air matanya bergulir turun.

***

Jadwal UAS sebenarnya sudah usai seminggu yang lalu tapi mata kuliah umum Bahasa Inggris itu malah memilih hari ini. Harusnya mereka bisa merasakan libur tanpa repot-repot ke kampus, belum lagi dengan jam yang diundurkan beberapa kali.

Di sebelah Ana, Karina mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya dengan wajah semringah.

"Wih, bawa apaan lo, Na?" tanya Kelly dengan kedua mata berbinar.

"Tebak gue bawa apa."

"Makanan. Tapi apaan?"

Lamat-lamat, Karina membuka kotak bekalnya. "Tadaa. Pancake durian."

"Ih anjir, mau." Kelly segera menyambar satu pancake. "Dapet dari mana lo?"

"Steven ngasih gue kemaren. Lo mau gak, An?"

Ana menurunkan ponselnya dan melihat kotak bekal yang disodorkan oleh Karina, mendadak dia merasa hidungnya tersengat. "Ih apaan sih, baunya kok nyengat banget."

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang