Prolog

940 21 5
                                    

Cerita ini gada adegan ena-ena/mantap-mantap/uh-ah-uh-ah nyaa. Cuma emang gak cocok kalo gak dirate dewasa.

***

Di bawah guyuran air, Ana sekali lagi merasakan bagaimana bagian dari bibir Evan menyentuh bibirnya tadi. Terasa hangat, manis dan memabukkan. Semuanya seakan-akan membawanya terbang melintasi langit biru. Waktu seakan berhenti berputar, dunia seakan terasa menyenangkan. Namun Ana tersadar dengan fakta bahwa dia kini sudah menikah dengan Arga. Cincin di jari manisnya menjadi saksi bisu bagaiman ciuman yang dalam dan hangat tadi. Ana tak bisa memungkiri jika dia menikmatinya, menyecap rasa ciuman itu perlahan yang begitu memabukkan baginya.

Semua itu membuatnya semakin mempertanyakan perasaannya pada Arga. Perasaan yang sebenarnya pada Arga, tapi tetap saja Ana tak bisa menemukannya. Kedatangan Evan memang mampu mengubah perasaan Ana secara perlahan, membuatnya semakin tak yakin dengan perasaannya sendiri.

Pelukan Evan juga menenangkan dirinya dan Ana sama sekali tak bisa mengelak dari itu, bahkan dia berharap jika Evan akan selalu memeluknya. Lengan kokoh dan jemari terampil Evan memainkan rambut Ana membuatnya melambung begitu saja.

Dan tak ada alasan untuk Ana menjauh dari sosok Evan.

Di saat itu Ana mendengar jika pintu kamar mandi dibuka disusul dengan pintu kaca di belakang Ana. Ana tak perlu menoleh untuk memastikan siapa yang masuk karena detik selanjutnya dia sudah merasakan lengan kokoh Arga memeluknya dari belakang, menghantarkan suatu kehangatan lain. Cowok itu membalik tubuh Ana dan segera memerangkap bibir Ana dalam dan lama. Mungkin hanya Arga yang menikmatinya karena Ana kini malah membayangkan ciumannya dengan Evan. Bukan ciuman panas menggebu diliputi gairah namun ciuman kasih sayang, bukan seperti Arga yang tengah dilanda gairah.

Ana menjauhkan kepalanya untuk melihat ke mata Arga, guyuran air dari kran shower sedikit memaburkan pandangannya namun Ana masih bisa melihat Arga. Namun di sana Ana tak menemukan jawaban bahwa Arga tau jika Ana telah berciuman dengan Evan.

"I need you, Floana," kata Arga serak, sebelah tangannya menaikkan tungkai kaki Ana ke pinggulnya.

Sementara Ana meletakkan kedua tangannya di pundak Arga seiring dengan Arga menaikkan satu kaki Ana lainnya dan mulai memasukinya.

Ana berusaha untuk melupakan ciuman itu tapi tak ayal dia malah membayangkan sosok Evan berdiri di depannya bukannya Arga. Tak pelak akhirnya Ana menangis karena perasaannya sendiri. Semuanya terasa begitu berat baginya.

"I love you, Floana."

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang