Bagian 24

213 10 0
                                    

Hari ini Arga akan berangkat ke Yogyakarta, sejak bangun pagi tadi Arga benar-benar tidak mau melepas Ana dari pelukannya. Keduanya kini tengah berada di rumah mereka sendiri—karena Arga memaksa agar dia bisa merasakan tubuh Ana setiap saat.

"Ga, laper tau! Ih!"

"Aku pesenin kamu makanan. Mau makan apa?"

"Bayi orang!" Ana bersungut sebal, dia hendak mendorong tubuh Arga namun tidak bisa. "Ih! Udah ah! Laper tau! Laper! Laper! Laper!"

"Kamu beneran mau makan bayi orang? Serem amat. Ngilmu di mana?"

Ana memasang tampang sebal setengah mati, dia memukul wajah Arga dengan bantal. Dia berusaha menahan agar selimut itu tidak turun dari tubuhnya. "Aku serius demi apapun!"

Arga terbahak. "Aku juga serius, Sayang. Kamu mau makan apa? Aku pesenin, aku juga laper cuma nyicipin kamu doang."

"Terserah aja deh."

"Nah kan, jawaban andelan kaum perempuan. Aku pesenin bayi orang beneran nih. Eh, gak. Becanda, Floana Sayang." Arga meringis ketika melihat Ana yang kembali melempar bantal ke wajahnya. "Bubur ayam mau?"

Ana bergumam.

"Oke. Senyum dong, biar manisnya nambah."

"Bodo. Dah ah, aku mau mandi."

Ana yang hampir bergerak turun dari ranjang itu ditarik kembali oleh Arga ke dalam pelukannya, dia tidak mau membiarkan Ana pergi darinya. "Nanti aja ya?"

"Ga, liat udah jam berapa? Ntar ketinggalan pesawat sukurin, terbang sendiri sana!"

Arga tersenyum lebar. "Ya udah. Kita mandi."

"Kita?" Ana mengernyit, belum sempat pertanyaannya terjawab, Arga sudah membopong tubuhnya dan membawanya memasuki kamar mandi.

Ketika keduanya keluar dari kamar mandi, ponsel Arga berdering, ojek online yang membawa makanan mereka sudah berada di depan rumah. Arga segera memakai pakaiannya lalu berujar, "Jangan pake baju dulu. Biar aku yang ngelakuin." Dikecupnya puncak kepala Ana.

Beberapa saat kemudian Arga sudah kembali dengan membawa bungkusan, dia sedikit mendengus sebal sesaat mendapati Ana sudah berpakaian lengkap.

"Kenapa? Dingin tau karena AC nyala. Ya kali mau pake baju aja nungguin kamu," kata Ana seraya berlalu mengambil mangkuk dari dapur. "Kenapa? Ngambek? Kayak anak kecil aja."

Arga mencibir, dia ingin sekali mencium bibir Ana itu berulang-ulang kali. "Makan bubur diaduk itu psikopat," katanya kemudian ketika melihat Ana mengaduk buburnya. "P-S-I-K-O-P-A-T. Psikopat."

Ana melihat wajah Arga yang memasang tampang datar, dengan sengaja dia menyendok buburnya hingga menyentuh mangkuk dan menciptakan bunyi denting. Lagian mana ada sih makan bubur diaduk itu adalah psikopat, intinya kan sama saja dimakan, cuma beda caranya. Arga kembali menyebalkan.

"Kamu di sana lama?" tanya Ana ketika dia tengah mencuci mangkuk tadi bersama dengan Arga.

Arga menerima uluran mangkuk dari tangan Ana. "Karena masih awal, aku kayaknya gak pulang weekend nanti. Gak apa-apa, kan?"

"Gak masalah. Aku jadi bisa bebas tidur."

Arga mencium puncak kepala Ana, kemudian dia mengeringkan kedua tangan Ana dan menariknya untuk duduk di sofa. "Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," dia menarik nafas. "Selama aku gak ada di Jakarta, jangan clubbing. Jangan deketin cowok manapun, aku bakal tau kalo nanti ada yang suka atau kamu suka. Jangan cari masalah, sama cewek ataupun cowok. Temen sekelas ataupun kakak tingkat. Aku gak bisa jagain kamu dan ngawasin kamu. Jadi aku mohon sama kamu, jaga diri, ya?" Kedua tangannya menangkup wajah Ana.

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang