Bagian 27

176 9 0
                                    

Ana merasakan punggungnya sedikit merelaks karena punggungnya terasa sakit akibat dari menonton beberapa film di laptop dengan posisi badan yang tidak sesuai. Dia merasakan air hangat itu seakan memijat-mijat pundak dan punggungnya. Terlalu malas keluar rumah membuatnya menghabiskan waktu dengan menonton film-film yang diberikan Arga, ntah sudah berapa film yang dia tonton seharian ini. Tapi masih tersisa banyak DVD yang belum dia tonton.

Ana menghembuskan nafasnya dan terhenyak begitu merasakan ada lengan yang memeluk tubuhnya dari belakang. Ketika berbalik, didapatinya Arga yang berdiri di bawah shower hingga pakaiannya basah.

"Arga," panggil Ana terkejut. Dia mengusap wajahnya dan Arga masih ada di depannya. "Arga."

"Floana."

Ana tersadar ketika melihat pakaian Arga, dia hendak menutup tubuhnya namun Arga dengan cepat menerjang tubuhnya dan mencacah kecupan di bibirnya.

"Kenapa gak ngasih tau kalo mau pulang?" tanya Ana ketika kepala Arga masih bersandar di pundaknya.

Namun Arga tak menjawab, dia mengendus leher Ana dan memeluknya erat. "Buka baju aku, Floana."

"Ha?"

"Take my clothes off." Arga sedikit memundurkan tubuhnya. Matanya menatap ke kedua mata Ana.

Ana menurut, dia membuka pakaian Arga satu per satu hingga tak ada lagi pakaian yang menempel di tubuh Arga. Kedua dada Ana naik-turun, kepalanya penuh dengan pikiran bahwa Arga sengaja pulang karena marah. Dia marah karena Evan menghubunginya semalam. Ana sedikit menyesal karena sudah memberitau Arga.

"Kenapa kamu pulang?"

"Cause I miss you." Arga kembali melumat bibir Ana, dalam dan sedikit memaksa.

Ana tau ini bukan hanya sekadar ciuman rindu tapi Arga bermaksud lain. Arga ingin memilikinya sekarang, tanpa adanya bantahan. Namun Ana tidak mau, dia tidak ingin jika Arga tidak berbicara terlebih dahulu padanya.

"Ga, stop! Stop!" Ana mendorong tubuh Arga sekuat tenaga. "Don't!" serunya tertahan ketika melihat Arga ingin menerjang kembali tubuhnya.

"Floana," panggil Arga dengan penekanan. "Kenapa? Aku cuma mau kamu."

"Gak gini, Ga. Kamu harusnya jelasin dulu kenapa kamu pulang?" Ana mematikan kran shower agar dia bisa menatap wajah Arga dengan leluasa.

"Kamu gak suka aku pulang?" Arga mendekatkan tubuhnya.

"Gak, bukan gitu. Aku gak suka kalo kamu kayak gini. That's it."

Arga memejamkan kedua matanya, kepalanya terasa panas. Dia sengaja terbang ke Jakarta untuk menemui Ana, untuk memastikan bahwa Ana tetap di sini, tetap untuknya.

"Nanti aku jelasin."

Ana tidak sempat memprotes ketika tubuh Arga kembali menerjangnya, namun kini dengan kekuatan yang lebih besar hingga Ana tak bisa berkutik ketika Arga menjelajah mulutnya. Air dari kran shower itu kembali menyala, memandikan mereka berdua dengan air hangat.

"Kita ke dalem, ya?"

***

"Maaf, aku nyakitin kamu. Aku kasar sama kamu tadi." Arga mengelus puncak kepala Ana yang bersandar di lengannya. "Aku... aku takut, Floana."

"Almost. You almost wound me."

Arga menghela nafasnya pelan kemudian dia memeluk tubuh Ana lembut. "Maaf. Maaf. Maaf," katanya di puncak kepala Ana. "Ketakutan aku udah buat kamu hampir luka, aku gak ngerti gimana caranya."

"You just need to relax and trust me. I will be safe."

"Gimana kalo nanti Evan makin deketin kamu?" Arga mencari-cari mata Ana, dia ingin tenggelam dalam kedua mata indah itu.

Ana mendongak, balas menatap Arga. "Ga, aku udah bilang, jangan mikir yang aneh-aneh. Liat nih kerutan." Disentuhnya kening Arga.

"Gimana aku bisa mikir jernih kalo ternyata ada yang mau deketin istri aku. Aku takut setengah mati, makanya aku langsung ke sini, aku udah gak bisa mikir lagi."

Ana mendengus, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Arga sampai saat ini. "Oke. Let's move to another topic. Bahas itu terus yang ada gak bakal selesai."

Arga mengangguk. "Kamu seharian ini nonton?"

"Kok tau?"

"Kamar kamu berantakan, bekas makanan di karpet bulu-bulu kesayangan kamu, kasur seprainya ntah gimana. Ada laptop di kasur, DVD berserakan, bantal yang udah gak sesuai."

Ana nyengir kuda, kebiasaannya yang selalu membuat kamar berantakan lalu dia malas untuk membereskannya kembali.

"Bosen, jadi nonton aja film yang pernah kamu kasih."

"Baru kamu tonton sekarang?" tanya Arga dengan kening berkerut.

"Iya."

"Padahal aku ngasihnya udah lama lho. Kenapa baru ditonton?"

"Aku lebih suka nonton di bioskop."

Arga geleng-geleng kepala. "Suka filmnya?"

"Lumayan sih, tapi kamu bilang romance, pas aku tonton malah horor. Sinting emang."

Arga terkekeh. "Maaf, Floana. Saya kira kamu juga suka."

"Eh tapi kok kamu bisa punya banyak DVD-nya? Ngutil, ya?"

"Emang muka aku ada tampang-tampang tukang maling? Muka keren gini juga," Arga mendengus. "Ya ampun, jangan gitu dong mukanya. Gak percaya amat. Aku beli semuanya karena aku gak suka nonton di bioskop."

Jemari Ana bermain di dada telanjang Arga, memutar-mutar di sana. "Itu pasti karena kamu gak punya temen nonton."

Sebelah tangan Arga mendorong punggung Ana agar dia bisa leluasa menatap wajah Ana. "Mau ngajak kamu tapi kamunya masih liar, suka gigit."

"Gak lucu tau!"

"Cantik banget kalo ngambek. Mandi lagi yuk? Udah mau makan malem nih."

"Oke."

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang