Happy Eid Mubarak, everyone! Hope we see Ramadan again next year, aamiin.
***
Ana memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta menemui Arga. Sebelumnya dia sudah bertanya pada Papa Satria alamat tinggal Arga. Papa Satria juga menawarkan rumah lamanya untuk Ana tempati daripada harus menginap di hotel. Ana mengambil waktu liburnya di hari Jum'at minggu kedua perkuliahan, ya meskipun sebenarnya ada acara jurusan, tapi Ana tak peduli.
Ana meletakkan tasnya di atas ranjang kamar Arga di Yogyakarta, dia menelisik kamar itu yang rapi karena hingga kini Papa Satria masih mempekerjakan orang untuk merawat rumah. Kamar itu tidak terlalu besar dengan perabotan yang juga tidak banyak. Ana melihat foto Arga yang dibingkai dengan figura kecil lalu beberapa action figure. Dibukanya laci-laci lemari itu yang isinya adalah foto, buku dan beberapa action figure yang sudah rusak.
Jemari Ana mengangkat sebuah buku, buku kenangan sewaktu Arga SMP. Dia melihatnya dan mencari nama Arga, lalu tersenyum ketika melihat foto Arga di sana. Diletakkannya kembali buku itu dan dibuka laci lainnya, kali ini Ana menemukan sebuah album foto.
Album itu berisi foto Arga sedang beraktivitas, bepergian bersama keluarga lalu dengan teman-temannya. Ana duduk di pinggir ranjang ketika dia melihat foto-foto Arga bersama beberapa perempuan, dari sekian foto, ada yang membuat Ana sedikit terpaku. Foto Arga dengan seorang perempuan, bukan hanya satu melainkan cukup banyak foto. Dia yakin jika perempuan inilah yang bernama Kalisa.
Setelah melihat album foto dan menarik kesimpulan bahwa Arga sangat dekat dengan Kalisa, Ana berlalu menuju kampus Arga. Arga sudah memberikannya jadwal kuliah Senin lalu dan Ana mengira jika jam kuliah Arga sudah selesai. Dengan menaiki taksi online, Ana berlalu.
Di sinilah Ana sekarang, gedung fakultas Bisnis. Dia mengirim pesan pada Arga.
Ana menghela napas, sebenarnya sudah tiga hari Arga tidak memberinya kabar sama sekali, dan pesan inipun tidak langsung dibalasnya. Ana akhirnya duduk di lorong terbuka dengan mata mencari sosok Arga. Tak lama orang yang dicari keluar dari sebuah bangunan, lengkap dengan tawa dan perempuan yang merangkulnya, begitu dekat dan begitu erat. Dan itu adalah Kalisa.
Keduanya terlihat akrab, tertawa bersama dengan Kalisa yang tidak peduli bagaimana sekitar melihat mereka. Arga masih belum membalas pesan Ana hingga akhirnya perempuan itu memutuskan untuk menelpon suaminya. Dering ketiga, panggilan itu akhirnya diangkat.
"Udah selesai kuliahnya?" tanya Ana, dia berusaha untuk tidak terdengar marah.
Terdengar suara berisik dari ponsel Arga. "Udah. Kenapa emangnya?"
"Masih sibuk?"
"Udah gak, habis ini aku mau langsung ke rumah."
Lalu Ana mendengar suara tawa Kalisa. "Oke."
"Ada apa nelpon? Gak biasanya kamu nelpon duluan."
"Gak apa-apa. Aku tutup, ya." Ana memutus panggilan itu meskipun enggan. Dia ingin bertanya mengapa Arga tidak memberinya kabar, namun rasanya terlalu kekanakkan.
Ana beranjak dan mulai menghampiri Arga. Dia berdiri beberapa meter dari Arga hingga suaminya itu terkejut dan segera menghampiri.
"Floana," ucapnya. Ragu akan sosok yang berdiri di depannya. "Floana, kamu di sini?"
Ana mengangguk. "Surprise."
Wajah Arga kini berselimut senyum senang karena tidak menyangka Ana akan datang kemari. Dia ingin memeluk Ana namun sadar mereka ada di tempat ramai. "Aku bener-bener gak nyangka kamu ke sini. Sama siapa ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...