Chapter 18

119 28 13
                                    

Bukan Firaun
Chapter 18

Hasani sebenarnya menunggu Akmal mengembalikan dompetnya. Dia husnuzon, mungkin Akmal menemukannya di jalan. Tapi kenapa sampai dia pulang, tidak juga dikembaliin?

"Kenapa lu, Has?" Ikhwan A menepok pundak Hasani. Mereka berempat jalan menuju rumah masing-masing yang memang searah.

"Dompet gua ilang." Hasani mengaku.

"Hah kapan?" Ikhwan ABC kaget.

"Tadi abis shalat dzuhur."

"Udah blokir kartu-kartu?" tanya ikhwan B.

Hasani mengangguk lalu jongkok di jalan. Dia menutupi kepalanya dengan tangan.

"Kenapa lu Has? Udeeh ikhlasin aja, semoga digantikan dengan yang lebih baik." Ikhwan A tumben lempeng.

"Duitnya banyak gak?" Ikhwan B bertanya.

"Gua pusing, gua gak bisa mikir." Hasani mengeluh.

"Ya udah pulang sana! Laper kali lu." Ikhwan A memberi usul.

Hasani tidak menjawab, mendadak berdiri lalu berlari meninggalkan ikhwan ABC.

Dia berlari balik ke rumah Akmal. Dia harus menanyakannya. Kali ini dia harus tabayyun benar-benar, jangan sampai asal tuduh lagi. Dari kejauhan dia melihat Akmal menyeberang masuk ke halaman rumah Nurhala. Hasani hampir saja memanggilnya namun menahan diri.

Dilihatnya Akmal menenteng bungkusan.

Pintu rumah terbuka, Nurhala yang membukakan.

Jarak dari pintu pagar ke pintu rumah Nurhala agak jauh, sehingga Hasani tidak bisa mendengar pembicaraan. Dilihatnya Nurhala menerima bungkusan tersebut, lalu memberikan amplop coklat ke Akmal baru masuk kembali ke dalam rumah.

Akmal jalan keluar, Hasani buru-buru sembunyi.

Akmal tidak masuk kekontrakannya, malah pergi dengan mio-nya.

Hasani bengong sesaat di jalanan.

Akhirnya Hasani balik pulang.

*

Yaroslav balik ke rumah utama, menemukan mobil Shinichi sudah gak ada, ditemukan sebuah surat di atas meja.

"I quit!" Hanya singkat aja. (Gue berhenti kerja.)

Yaroslav mengambil hape mencoba menghubungi, namun dua hape Shinichi mati.

Yaroslav mengambil kunci mobil lalu pergi meninggalkan rumah. Dia harus mencari Shinichi.

*

Yaroslav mencari ke tempat-tempat biasa Shinichi nongkrong, namun tidak menemukannya. Hingga malam tiba, Yaroslav membawa mobilnya ke arah pantai ancol. Biasanya kalau lagi bad mood, Shinichi suka nongkrong di pinggir pantai sambil nge-beer.

Yaroslav menelusuri pantai Ancol hingga dia benar-benar lelah. Dua jam dia berjalan kesana kemari tetap saja tidak menemukannya.

Yaroslav akhirnya istirahat duduk di atas pasir. Sendal jepitnya putus satu, ah dia nyesel kenapa tadi gak ganti sepatu dulu? Mana angin kenceng, dia gak pake jaket.

"Shiiiiin!" Yaroslav teriak kesal.

"Ya?"

Yaroslav kaget banget tau-tau Shinichi menyahut dari belakang.

Shinichi langsung duduk di samping Yaroslav.

"Ngapain manggil-manggil gue?" Shinichi bertanya judes.

"Shin, please, Shin! Tanpa elo, gue gak akan bisa. Gue butuh elo banget sekarang ini! Jangan marah sama gue!" Yaroslav langsung memohon.

"Lo coba denger sendiri deh suara lo barusan! Lo belom pernah kayak gini sebelomnya, Bang Yaro. Lo belom pernah ngamuk bawa-bawa pistol yang terisi peluru pula. Lo belom pernah nolak klien tanpa alasan jelas. Lo belom pernah nyakitin orang tanpa alasan. I don't know you anymore." (Gue gak kenal lo lagi.)

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang