Chapter 104

108 21 68
                                    

Bukan Firaun
Chapter 104

"Deket amat maennya, Mal?" Shin protes. Mereka sekarang berada di GOR Ikhwanul Aidin, lapangan olahraga hasil membuang uang haram Akmal yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumah.

"Kalian memang gak mikirin Katya?" tanya Akmal.

"Katya kan lagi molor, Mal." ucap  Hasani ngegampangin.

"Katya cewek kuat, biarin dia tidur sampe puas! Gue mau lihat-lihat daerah sini!" Borya memang punya kebiasaan memetakan lingkungan.

"That is why I bring you here." Akmal berkata. (Itu kenapa gue bawa lo ke sini.)

Borya memandang berkeliling memperhatikan anak-anak kampung yang asyik bermain futsal.

"Mal, ambil papan dulu ke rumah Durian!" pinta Shin.

"Rumah Durian sekarang gak aman. Kemarin Katya ambil video di sana, takutnya dikenali polisi atau orang-orang yang mengejar kalian." ucap Akmal.

"Yup, kita gak boleh ke sana dulu." Borya menambahkan.

"Mal, gue pasang cctv dan alarm ya sekitaran rumah lo!" request Borya.

"No!" Akmal menolak. Hasani dan Shin cekikikan. Borya menyipitkan mata.

"Mau mata-matain siapa emangnya?" tanya Hasani pura-pura serius.

"Polisi dan penembak Katya lah, Has! Gimana sih lo?" Shin senggol-senggolan.

"Ooo, sambil memantaw pujaan hati ya? Sekalian geto loh." Hasani serius.

"Lumayan lah walau cuma siluetnya nongol." Shin mengangguk-angguk serius juga.

"Umur paling tua, kelakuan anak playgrup." Borya ngomel.

"Jadi lo ngaku kalau lebih muda dari gue?" Shin nyengir.

"Rahasia, yang tahu umur dan nama asli gue cuma Katya." ucap Borya sambil jongkok. Satu persatu jadi jongkok semua.

"Ah, gue ngerti kenapa Katya selalu panggil Kyut, karena umur gue paling muda." ucap Hasani jadi bahas umur.

"No, itu karena lo childish." sanggah Borya.

"Lebih childish Shin daripada gue." Hasani gak mau ngaku.

"Enak aja! Gue gak pernah tu ya ngambek-ngambek gaje sama cewek." Shin gak merasa.

"Itu karena lu childish, lu kek ABG, cewek cuma iseng-iseng. Beda sama gua yang sudah dewasa, tiap suka cewek ya motivasinya nikah. Dari mulai aqil baligh aja gua sudah gitu. Gua yang paling mature dari kalian semua." Hasani menyombong.

"Itu karena lo belajar agama." ucap Akmal sambil memandangi anak-anak kampung.

"Terus jadi sesat karena ketemu lo, Mal. Wkwk." Shin nyalahin Akmal.

Selagi keempat orang itu malah jongkok sambil ngobrol unfaedah masuklah serombongan remaja dekil ke dalam GOR.

"Watch it!" Akmal memberi perintah. (Perhatikan!)

Remaja dekil itu gak olahraga. Mereka cuma duduk-duduk di pojokan untuk nongkrong.

"Kenapa, Mal?" tanya Hasani.

"Lo kenal gak sama mereka, Has?" tanya Akmal.

"Satu doang yang gua kenal, anaknya Bang Aban, Pian namanya. Sisanya gak tahu gua." Hasani menjelaskan.

"Weh pada ngerokok." Shin komen.

"Ya namanya juga cowok, ngerokok wajarlah." Hasani belain.

"Masih kecil-kecil itu, Has." sambung Shin.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang