Chapter 86

96 24 33
                                    

Bukan Firaun
Chapter 86

Ketika Katya semalam sibuk ngobrol dengan Hasani, Shin mengambil hape Akmal yang tergeletak di meja, mensilent-nya lalu menyelipkan di kaos kakinya. Dia telah mencium gelagat tidak enak ketika tanpa sengaja melihat Katya mengambil hape dari ransel Hasani diam-diam.

Benar saja, Katya ingin meninggalkan Akmal dan Hasani di pulau yang tidak ada makanan sama sekali. Sampai bandara Lombok, Shin dan Katya bertengkar.

"Kat, gue udah susah-susah membawa Hasani ke sini. Dia juga sudah mau ikut project cherry. Tapi lu sendiri yang merusaknya. Kenapa setiap urusan harus dibawa-bawa ke masalah perasaan? Terus kenapa Akmal dibawa-bawa lagi? Gue gak ngerti lo itu mau ngapain sih?" semprot Shin. Borya diam aja.

"Hei, sejak kapan gue harus menjelaskan apa yang gue lakukan ke junior?" jawab Katya santai.

"Ooh gitu? Jadi gue harus diam aja nih, dua temen gue lo tinggalin di pulau terpencil?"

"Shin! Sejak awal gue bilangkan? Kalau mau ikut kita, jangan reseh! Di sini leadernya gue sama Katya. Jangan rewel!" Borya membentaknya.

"Gue gak pernah rewel, gue cuma tanya, kenapa kalian gituin Akmal sama Hasani?"

"Cuma mendisiplinkan anjing-anjing gue aja, hihi."

Katya lalu berjalan meninggalkan Shin dan Borya menuju jet pribadinya.

"Kat, gue belom selesai ngomong!" Shin teriak kesel. Borya merangkul leher Shin dan berbisik.

"Eh, jangan coba-coba nyelamatin mereka berdua kalo masih mau hidup." Setelah itu Borya berjalan menuju pintu keluar. Shin terpaksa mengikuti.

Mereka berdua tetap stay di Lombok, untuk mempersiapkan project cherry.

Shin gak bisa tidur sampai pagi memikirkan nasib kedua temannya. Di saat itu Hala menelepon. Shin mengangkatnya.

"Hala? Ini Shin." Shin langsung memberi tahu.

"Ooh, Bang Akmal mana?" tanya Hala.

"Hala, suami lo butuh bantuan." ucap Shin pelan.

"Astaghfirullah, Bang Akmal kenapa?"

"Ceritanya panjang. Bisa gak lo secepatnya ke Lombok? Sekarang juga! Gue kasih alamat kita ketemu." Shin lalu mematikan hapenya.

Dalam dua jam Hala berhasil sampai di Lombok. Dia beruntung bisa mendapatkan tiket pesawat dalam waktu cepat.

Shin memasuki sebuah resto dengan pakaian hitam-hitam. Kupluknya tetap dia pakai plus masker dan kacamata hitam. Shin langsung mengenali Hala, tanpa bicara dia duduk di depannya.

Sekarang mereka telah berhadap-hadapan.

Shin mengeluarkan hape Akmal dan menyodorkannya di atas meja. "Ini gue balikin." ucap Shin.

"Shin, ada apa?" Hala bertanya.

Shin tidak menjawab, dia membuka maskernya lalu menurunkan kupluknya. Hala masih belum biasa melihat penampilan Shin yang amazing. Kedua kupingnya terpasang anting panjang berbentuk silet. Rambut merahnya menutupi mata.

Para tamu resto agak heran melihat kombinasi unik dari dua orang yang duduk di pojokan.

"Hei, nyonya Akmal, gue tahu lo gak suka sama gue. Tapi saat ini tolong deh singkirin pandangan gak suka lo itu! Gue bertaruh nyawa buat nemuin lo di sini." Shin berkata pelan setengah berbisik.

"Kamu berharap tatapan seperti apa memangnya?" ucap Hala dengan lambat.

"Biasa aja bisa gak?" pinta Shin sensi.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang