Chapter 70

93 20 18
                                    

Bukan Firaun
Chapter 70

Akmal mengajak Hasani dan Shin shalat di Masjid kampung. Sampai sana dalam keadaan masih gelap, membersihkan badan dari sisa-sisa pasir, lalu tukar baju shalat. Gamis Akmal berwarna putih, begitu pula gamis Hasani. Sedang Shin memakai gamis lengan pendek krem mengkilat yang hoodienya dia pakai menutupi rambut merahnya. Antingnya tetap terpakai tidak ada yang ingat.

Satu persatu jamaah berdatangan. Lampu masjid dinyalakan. Begitu pula hati Hasani, duduk sendirian di bawah kubah sambil melihat ke atas, tangannya memegang Alquran yang baru saja dia baca, terngiang perkatan Akmal, "bukan mereka yang menerima ana, tapi ana yang menerima mereka."

Terakhir kali Hasani datang ke Masjid itu dalam keadaan masih menyimpan amarah. Masih sakit hati dengan sahabat dekatnya dari kecil. Sekarang dia merasa plong. Sekarang dia sadar, dia memang telah berubah. Dia yang harus bisa menerima nasihat. Dia yang harus bisa maklum kalau temannya gak mengerti apa yang dia rasakan. Tidak semua orang pernah melalui apa yang pernah dia alami. Dan semoga sahabat-sahabatnya tidak akan pernah mengalami.

Di teras, Akmal dan Shin berbincang.

"Jadi antum mau ke mana?"

"Kata Borya kita cooling down dulu. Mungkin setahun dua tahun tidak mengambil project. Semua asset sudah dijual agar tidak ada jejak. Gue gak punya rumah sekarang."

"Antum simpanan cukup?"

"Lebih dari cukup, gue kayaknya mau pulang ke keluarga."

"Alhamdulillah." Akmal masih memegang kode etik, tidak bertanya lebih lanjut soal pribadi.

"Afwan ya, Shin. Dulu ana yang menawarkan pekerjaan, tapi malah ana yang sekarang menutup kesempatan."

"Gue gak masalah, Mal. Gue cuma sedih aja Hala sekarang benci sama gue."

"Dia bukannya benci, Shin. Dia cuma mengamalkan agamanya."

"Kenapa orang kalau memperdalam agama malah jadi jahat?" Shin mengeluh.

"Haha lucu ana, penjahat bilang istri ana jahat, haha!"

"Iya ya lucu emang sih wkwkwk, yang jelas-jelas penjahat kan gue yak." Shin ikut ngakak.

"Makanya hehe, jangan tuduh istri ana jahat dong. Hala cuma emak-emak yang gak suka suaminya kebanyakan main. Udah gitu temennya kan penjahat hihi."

"Eh iya juga ya wkwk, kalo dipikir-pikir emang wajar dia takut. Entar lo kangen ngerampok lagi, wkwk."

"Naudzubillah, minimal kan takut kebawa suka kartun, haha. Tau-tau ana beli mobil gambar pikachu, wkwk." Akmal semakin ngakak.

"Atau rambut dimerahin, pake anting, pake celana pendek wkwk." Shin nambahin.

"Trus bergaya kayak anak cewek, kyaaaaa!" Akmal mencontohkan menempelkan tangan ke pipinya. Jadi penulis yang gemes.

"Dih, gue kagak gitu kalee." Shin merengut.

"Mamaaaah! Assalamualaikum." Terdengar suara riang gembira. Ikhwan ABC kenapa kalo nongol selalu bareng-bareng ya? Anggap aja janjian depan Masjid kayak anak SD.

"Ya Allah senengnya ngeliat Shawn lagi." ikhwan A sudah lupa kalau Shawn itu yang nakalnya.

"Yang pake gamis itu Shin." ikhwan B masih inget.

"Gue cuma musafir aja huehehe." Shin cengar-cengir.

"Hei kalian samperin gih Hasani! Dia ada di dalam." Akmal memberi info.

"Bang Akmal, masih marahkah dia sama gua?" ikhwan C bertanya sedih.

"Enggak Insyaa Allah. Kemarin aja dia bawain oleh-oleh kan?" Akmal mengingatkan.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang