Bukan Firaun
Chapter 102Akmal berdiri dan mengancingkan jaket Hasani agar tidak terlihat bercak darah sambil melihat kanan kiri. Suasana sepi, tidak ada orang di dalam masjid.
"Ada apa Has? Kenapa kalian tidak segera pergi ke Thailand?" tanya Akmal.
"Ceritanya nanti aja! Ayo balik dulu ke rumah!"
"Ke rumah?"
"Maaaal! Lu denger gak sih dari tadi? Katya ketembak Mal! Ketembaaaak! Di punggungnyaaaa! Gua perlu dokter."
Akmal tidak berlama-lama segera balik ke rumah. Ketika masuk pintu dilihatnya Shin duduk di ruang tamu.
"Katya di dalam, Mal!" Hasani menunjuk kamarnya. Akmal lari ke kamar dan barulah Katya terlihat rebahan di pangkuan Borya yang menahan luka Katya dengan jaketnya. Ranjang terlihat berlumuran darah.
"Haaai, Yaro!" Katya menyapanya sambil nyengir. Hasani segera menghampiri dan memegang tangan Katya, "sssh, jangan ngomong dulu! Nur lagi panggilin dokter!" ucap Hasani lembut.
"Yaro, tolong bukain garasi! Mobil gue perlu disembunyikan." Shin nongol menambah sesak kamar yang hanya berukuran tiga kali empat meter.
"Ada apa ini? Ada apaaa?" Akmal bertanya panik.
"Papa-nya Katya mati, kita dikejar orang-orang tak dikenal, Mal! Mobil Shin harus disembunyikan, tadi kita parkir depan kantor lu soalnya." Hasani menjelaskan cepat.
Akmal kaget mendengar berita tersebut tapi buru-buru melemparkan kunci mobil dan kunci garasi ke Shin yang juga buru-buru berlari keluar rumah.
"Shiiin ambilin yang strong!" Katya teriak. Akmal menghampiri dan berteriak tanpa peduli dengan luka tembak Katya.
"Lo bunuh bokap lo, Kat? Ya Allah, Kat! Lo bunuh dia?" Akmal histeris.
"Pengennya gitu, but damn it! I lost the chance!" Katya menggenggam tangannya kesal. (Tapi sialan! Gue kehilangan kesempatan.)
"Hasaniiii! Lo janji mau kembaliiii! Kenapa malah lo makin gila?" Akmal gantian ngamuk ke Hasani yang bentuknya sudah gak karuan.
"Bukan kita yang bunuh kok, Mal! Gua juga gak nyangka bakal begini." ucap Hasani sambil memegang tangan Katya.
"Mana dokter? Kok lama betul sih?" Borya terlihat khawatir melihat kondisi Katya yang matanya mulai terpejam. Barulah Akmal tersadar.
"Kat, jangan tidur! Kat dengerin gue! Innalillahi wainna ilaihi rajiun! Turut berduka buat bokap lo." Akmal duduk di samping Katya dan mengajak ngobrol.
"Bukan Katya yang membunuhnya, Mal, wallahi." Hasani terus membela.
"Alhamdulillah, Ya Allah, janganlah lebih jauh lagi ingkar! Jangan, please! Kalian berdua orang yang gue sayang, gue gak sanggup mendengar kebatilan yang lebih lagi." Akmal berkata sedih.
"Wallahi enggak, Mal! Wallahi enggak." Hasani meyakinkan.
"Kalian ngomong apa sih? Gue gak nyambung." Katya bertanya pelan.
"Lo gak usah ngomong! Tapi jangan tidur!" Akmal takut napas Katya berhenti.
"Lo gak boleh mati dulu, Kat! Gue gak mau lo mati sebelum ada taubat." Akmal bodo amat sudah. Dia katakan walau pahit depan semua orang.
"My father already dead, Mal! Why don"t you congratulated?" (Bokap gue sudah mati, kenapa lo gak kasih selamat?) Katya masih aja becanda.
"Gue gak akan kasih selamat untuk sebuah musibah kematian. Gue masih berharap kebaikan untuk semua manusia selama masih ada nyawa. Kat! Jangan lagi pelihara dendam! Doakan beliau!" pinta Akmal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Firaun
RomansaSeorang perampok jatuh hati pada seorang akhwat yang tidak pernah menangis. Lalu gimana ceritanya sehingga mereka bisa menikah?