Chapter 61

103 24 23
                                    

Bukan Firaun
Chapter 61

Malam itu Yaroslav dan Vladislav bertemu di pengkolan.

Yaroslav memakai kemeja hitam lusuh lengan panjang yang dimasukkan ke celana jeans hitamnya. Kepalanya memakai stocking hitam agar mata tidak terlihat. Slayer bermotif tengkorak untuk menutupi rambut. Sepatu boots tinggi bersol tebal, yang kalau dipake nendang bisa sampe muntah.

Vladislav memakai sweater pas badan juga warna hitam, celana chino hitam dengan desert army boots pendek. Dia memakai masker motif tengkorak dan night vision google (NVG) agar bisa melihat jelas di malam hari tanpa harus memakai senter.

"Ow really? Really? Jadul amat lu masih pake stocking?" Vlad mencela Yaro yang mengangkat stocking-nya ke jidat agar bisa bernapas bebas.

"Emangnya antum gak pusing pakai NVG kelamaan? Mungkin bisa semalaman urusan kita." jawab Yaro santai sambil menyetir mobilnya menuju luar Jakarta.

"Lebih efektif pakai NVG, jadi gak perlu senter, gampang bikin ketahuan."

"Tapi antum susah melihat kaki sendiri, gerakan jadi kurang gesit. Menurut ana kurang efektif NVG tuh."

"Lu aja udah tua, makanya jadi lamban."

"Malam ini kita cuma mau ngehajar orang, gak perlu aneh-aneh. Antum gak usah bawa pistol!" Yaro mengingatkan.

"Daripada bikin tangan pegel mending cara cepat aja kan?"

"Kalau ada bekas peluru nanti polisi jadi bertindak."

"Lu takut sama polisi emangnya?" Vlad songong banget dah sekarang.

"Ana biasa bertindak dengan memperkecil resiko, bukan serampangan. Memangnya antum gak belajar apa-apa dari Borya?" Yaro mulai sok senior.

"Okay-okay! Lu benar, Borya juga selalu mengatakan hal yang sama. Kalau bisa ketika dalam misi gak ada saksi, gak ada jejak."

"Nah tu tau! Jadi gak usah bawa pistol! Misi kita malam ini sangat mudah, ngasi pelajaran ke tengkulak buah."

"Memang kenapa?"

"Selama ini ana kan berhubungan langsung dengan petani buah. Tapi permintaan meningkat untuk ekspor. Ana mulai kewalahan mencari stock, quality control, packing, pengiriman dan sebagainya. Jadi ana memutuskan kerja sama dengan tengkulak. Ada satu tengkulak yang curangin ana berkali-kali."

"Ya udah ganti tengkulak kan gampang." Hasani benar juga.

"Yup, rencananya ana juga mau ganti tengkulak. Tapi yang bikin ana kesal nih ya. Dia ngancam petani untuk gak jual ke yang lain. Dia nerror kampung situ dengan preman-premannya."

"Wah kurang ajar itu."

"Malam ini mereka sedang melakukan pengepakan untuk dikirim ke kapal besok pagi."

"Loh kok malam-malam?" Hasani gak ngerti.

"Itulah yang bikin curiga. Ana juga baru dapat info kalau mereka suka melakukan pengepakan malam-malam. Padahal Ahsan dan Abah datang siang untuk quality control semua baik-baik aja. Eh pas sampai di konsumen, ana di complain banyak barang yang gak sesuai pesanan. Kalau begini terus bisa bangkrut ana."

"Jadi kemungkinan mereka repacking malam-malam? Niat banget?"

"Yup! Gak kira-kira, hampir setengahnya di bawah standart. Sedangkan kalau kita bicara luar negri mereka sangat demanding."

"Lu harusnya buka pengepakan sendiri kalau mau terhindar dari tengkulak." Hasani jalan juga otaknya.

"Rencana ana begitu, makanya ana butuh antum. Kita buka pabrik pengepakan, gimana?"

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang