Bukan Firaun
Chapter 106"Hei Badraaan!" Shin memanggil Badran yang melewatinya di ruang tamu.
"Ah, Shin!" Badran menegurnya lemah.
"Sini gue anter pulang!" Shin mengiringi Badran keluar.
Badran diam saja, duduk di teras untuk memakai sepatu.
Karena melihat Badran lama sekali memakai sepatu, Shin membantu menalikan.
"Gak usah, Shin!"
"Haha kasihan gue lihat lo. Baru pertama kali ya?" Shin tetap menalikan sepatunya. Badran diingatkan nangis lagi.
"Loooh, Dran! Wkwk gitu aja nangis."
"Ya Allah Shin, shalat gua gak akan diterima selama empat puluh hari." Badran mengusap mukanya berusaha nahan nangis.
"Ya udah tanggung, besok minum lagi kalo gitu, mumpung lagi diskors, wkwk." Shin mah sesat akut.
"Astaghfirullah, Shiiiin!" Badran shock.
"Gak apa-apa lah, mumpung masih muda. Tar aja kalo udah tua baru tobat! Rugi lo gak ngerasain yang seru-seru."
"Gak seru juga mabok. Sakit kepala, mual, dan rasanya sedih." Badran curhat.
"Sedih karena lo digangguin Hasani. Jadi gak seru. Coba kalau sama gue maboknya, dijamin seru banget. Karena gue punya ini. Taraaaaa!" Shin mengeluarkan sebentuk benda bulat dari sakunya.
"Apa itu?"
"Speaker extra bass portable."
"Musik? Gak deh. Gua pulang ya!" Badran berjalan, Shin mengiringi.
"Gue anter, takut lo kenapa-kenapa di jalan.""Makasiiih Mamah yang sekarang gundul hehe." Badran mulai santai.
"Huhu, malah diingatin, makanya yuk kita party lagi!" Shin the devil menggoda.
Di depan pintu pagar mereka berdua berpas-pasan dengan Nurhala.
"Eh, Nur, assalamualaikum!" Badran menegurnya.
"Halaaa! Nyari Akmal ya? Noh dia di dalam." Shin juga mengurnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." jawab Nurhala.
"Dah ya, Nur! Gua balik." Badran salting takut ketahuan abis minum khemer, buru-buru pergi diikuti Shin.
Setelah dua orang itu menghilang, Nurhala melangkah ke pintu rumahnya. Dia merasa aneh ketika harus mengetuk untuk masuk rumahnya sendiri.
Dia mengetuk tapi tidak ada yang menyahut. Nurhala mendorong pintu yang setengah terbuka. Dia mendengar orang bicara dari arah dapur. Tadinya Nurhala ingin mengucap salam, tapi mengurungkan niat dan berjalan mendekat.
"Kalo begini gua gak berani punya anak, boleh kan Mal nunda dulu?" terdengar suara Hasani.
"Hmm, mungkin sebaiknya gitu ya? Mantabkan dulu pernikahan kalian."
"Padahal gua pingin banget punya anak, Mal."
"Ya tapi ngeri banget gue bayangin anak lo punya emak seperti Katya. Naudzubillah."
"Katya gak sejelek itu lah, palingan cuma gak mau menyusui aja."
"Hiiy, Katya menyusui? Kayak bayangin kuntilanak menyusui, merinding gue." Akmal komen sadis.
"Gua malah ngeres jadinya wkwk."
"Katya masih sakit." Akmal mengingatkan.
"Udah bisa party tuh tadi." Hasani gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Firaun
RomanceSeorang perampok jatuh hati pada seorang akhwat yang tidak pernah menangis. Lalu gimana ceritanya sehingga mereka bisa menikah?