Chapter 103

87 20 43
                                    

Bukan Firaun
Chapter 103

Dokter Hanin keluar dari ruangan diikuti Napsiah asistennya yang mengkeret melihat Borya, Shin, Hasani yang penampilannya memang ajaib.

Dokter Hanin berkata, "ana sudah kasih resep ke Nur. Ana pamit pulang! Assalamualaikum." Dokter Hanin tidak berlama-lama bergegas pergi, Napsiah mendahului keluar dengan terbirit-birit menenteng tas besar peralatan kedokteran.

"Waalaikumussalam warahmatullah, dokter! Salam buat Abu Usamah." Hasani menjawab sambil teriak agar terdengar.

"Usamah bin laden?" Shin nyeletuk.

"Hush, makanya belajar! Usamah itu nama sahabat Nabi. Usamah bin Zaid bin Haritsah. Usia 18 tahun sudah ditunjuk oleh Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam menjadi panglima perang. Kalian umur segitu ngapain? Palingan jadi bucin." Hasani masih ingat sejarah nama tersebut.

"Lebih tepatnya dibucinin week, lo kali bucinnya Hala, wkwk." Shin masih ingat.

"Best friend, week!" Hasani melirik Akmal ngeri, sebelum pembicaraan berlanjut menjadi perang, Hasani buru-buru kembali masuk ke kamar.

"Istrikuuuu, kamu sudah enakan?" tanya Hasani gak peduli dengan Hala yang terduduk kaku di pinggir ranjang.

"Kyut, rambut kamu kemana?" tanya Katya lemah baru menanyakan.

"Cakep gak?" tanya Hasani sambil nyengir megang kepalanya sendiri.

"Kyut!" jawab Katya singkat.

Akmal masuk ke kamar memanggil Hasani, "Has, jangan tinggal di sini lah! Gimana nanti kalau Abah tahu? Lagi pula Katya ditembak siapa? Kalian dikejar siapa?"

"Gua gak tau, baru aja selesai ijab, beliau memegang dadanya dan pingsan. Borya yang check nadi, nyawanya sudah tidak ada. Kami ditembakin ketika keluar dari rumah. Dikejar dua mobil. Alhamdulillah Shin nyetirnya jago. Tapi habis ini mobil Shin harus ganti warna dan nomor!" Hasani bercerita.

"Kenapa kalian hancurkan cctv? Bukannya itu jadi bukti kalau bukan kalian pembunuhnya?" Akmal bertanya.

"Ehem, gua sempet nodongin pistol ke Papa-nya Katya." Hasani menunduk malu.

"Hasaaan! Lu sarap ya?" Hala ngegas lagi.

"Apaan sih, Nur? Lu tau apaan sih?" Hasani paling gak terima dimarahin.

"Kurang ajar banget lu jadi ikhwan, Has? Lu todongin pistol ke calon mertua? Sarap bener lu, Has!"

"Yee, abisan beliau ngatain Katya anak setan. Gak masalah dong gua begitu ke Bapak setan."

"Astaghfirullah, bohong lu, Has!"

"Mal, bini lu rese banget sih? Keluar lu dari sini!" Hasani membentak Hala.

"Ini kamar gua, lu yang keluar dari sini!" balas Hala kesal.

Katya beringsut dari ranjang, "ayo kita pergi, Kyut!"

Hasani buru-buru menahan Katya, "eee kamu jangan bergerak dulu! Tadi kata Dokter Hanin juga kamu harus bedrest!"

"Jangan menyusahkan mereka, aku gak apa-apa! Aku sudah pernah ketembak berkali-kali, Kyut." jawab Katya.

"Hehe, inget gak project Mentawai?" Akmal terkenang.

"Lo kan yang ngeluarin peluru dari betis gue, Yaro! Borya marah habis itu kenapa gue sampe ketembak."

"Iya, habis gue dipukulin, sampe sebulan gue gak tegor-tegoran sama dia."

"Waktu itu Borya nyalahin elo."

"Yah emang salah sih gue, micu alarm bunyi."

"Waktu itu lo masih belum biasa dengan alarm laser."

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang