Chapter 115

104 21 21
                                    

Bukan Firaun
Chapter 115

"Borya, penyelidikan kita tidak ada kemajuan." Akmal memegang kepalanya frustasi.

Borya diam saja tidak menjawab. Akmal memandangi jendela dari tempat duduknya di dalam mobil.

"Sue tidak kenal tamu yang datang pagi itu. Dia hanya ingat ciri-ciri fisik. Rekaman cctv kalian hapus, jadi tidak ada sisa bukti. Lagipula kalau memang benar orang itu pembunuhnya, masa dia gak waspada dengan cctv? Pernyataan Sue baru perkiraan. Tidak ada bukti apapun." Akmal ngomong sendiri.

"Kenapa istri sah bokapnya Katya tidak tidur di rumah itu? Dan kenapa Sue tidak dijadikan tersangka oleh Polisi? Sedang dia ada di rumah itu pagi-pagi sebelum kalian datang?"

"Karena Sue ternyata personal bodyguard bokapnya Katya?" Akhirnya Borya menyahut.

"Siapapun dia, tidak masuk akal jika Katya sebagai anaknya malah dijadikan tersangka, sedangkan orang lain tidak." Akmal menyambung.

"Lo lupa kalau Katya bikin video menyatakan permusuhan dengan bokapnya?"

"Masa polisi segegabah itu melepaskan Sue dan semua pegawai yang ada di rumah itu?"

"Yang lain gak punya motif."

"Pak Hariman itu calon presiden, orang besar, semua orang bisa punya motif. Bisa saja pegawai disuruh lawan politik untuk meracunnya."

"Hmmm." Borya hanya menggumam.

"Borya, kepala gue gak bisa mikir lagi. Pertemukan gue dengan Hala!" Akmal kembali meminta.

"Lo bisa jamin Hala gak akan ditangkap polisi?" tanya Borya.

"Heeee, apa urusannya sama lo?" Akmal suaranya meninggi.

"Eh ... maksud gue ..."

"Kalau lo gak mau gue berpikir yang tidak-tidak, jangan cegah gue nemuin Hala!" Akmal berkata dengan suara rendah.

Borya menghembuskan napas.

"Baiklah! Asal tidak bersama Hasani." syarat dari Borya.

"Ayo!" Akmal tidak mau berlama-lama.

Hape Akmal berbunyi, segera dia mengangkatnya.

"Ya?"

"Mal, kita udah berhasil mendapatkan alamat rumah sakit tempat Kio dirawat." Hasani berkata cepat.

"Di mana?"

"RSUD Pasar Minggu."

"Banyak gak penjaganya?"

"Hanya dijaga satu polisi."

"Ada keluarganya?"

"Sepertinya ada."

"Awasin terus! Gue ke sana!" Akmal memutuskan pembicaraan lalu menoleh ke Borya.

"Kita ke RSUD Pasar Minggu."

Tanpa berkata apa-apa, Borya menyalakan mesin mobil lalu pergi meninggalkan halaman rumah calon presiden yang mati mendadak karena diracun.

*

Hasani dan Shin duduk anteng-anteng di dalam mobil Shin yang sudah dicat hitam seluruhnya. Shin memandangi layar hapenya. Sebelumnya dia berhasil memasang kamera mini di suatu tempat di lorong rs, sehingga bisa memantau pintu kamar Kio.

"Gua jadi ngeri sama lu, Shin! Lu kayaknya ahli banget jadi tukang ngintip ya? Jangan-jangan yang suka masangin kamera di toilet cewek tuh lu ya?"

"Kok tahu?" jawab Shin kalem.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang