Chapter 74

102 21 32
                                    

#Bukan_Firaun
Chapter 74
Honey

Akmal menggotong Nurhala ke dalam kamar, dan mengusap-ngusap kepalanya.

"Hala, Hala! Maafkan ana! Ana yakin Hasani pasti cuma ngeprank aja. Sabar ya! Pasti Khaulah akan kembali. Insyaa Allah pasti kembali."

Hape Akmal berbunyi, buru-buru diangkatnya.

"Mana Nur? Gua mau ngomong." terdengar suara Hasani.

"Ngomong aja Has! Hala cuma bisa nangis aja. Ana pakai loud speaker." Akmal berbohong.

"Eh Nur! Gimana rasanya kalau orang yang paling lu sayang mati? Masih bisakah lu menerima takdir? Masih bisa gak lu ngomong qodarullah wa masya fa'al? Masih bisa gak lu dalam ketaatan? Iya bener waktu itu gua tidak kuat menerima takdir. Di hari yang sama gua merasa semua hal diambil dari hidup gua. Saat itu gua sendirian, sedih, marah, putus asa. Gua harap sekarang lu tau rasanya jadi gua, Nur! Nur? Nur?"

"Nur bilang iya, Has, suaranya habis, kebanyakan nangis."

"Gua pingin tahu apa lu masih bisa tetap tegar kalau Khaulah mati? Gua pingin tahu apa lu masih bisa tetap taat ketika anak lu diambil Allah?"

"Ana akan usahakan bisa, Has. Khaulah juga anak ana." Akmal berkata.

Sesaat tidak ada suara.

"Lu jahat sama gua, Mal! Lu bilang tadi harusnya dari dulu-dulu gua dilenyapin. Lu nusuk gua pakai piso."

"Maafkan ana! Ana emosi tadi antum megang istri ana dan ngasih lihat dia masa lalu ana."

"Nur itu jahat, Mal! Dia jahat banget! Gua sekarang gak punya tempat pulang. Gua sekarang harus pergi ke mana? Gua harus ngapain? Berbuat maksiat gak kuat, berbuat benar tidak ada kesempatan." Hasani mulai mengeluh lagi.

"Kembali lah ke ana! Bukankah ana telah berjanji akan menjadi sahabat antum?"

"Retorika. Di rumah lu ada perempuan paling egois yang pernah gua tahu. Jauh lebih baik Katya kemana-mana. Heran gua bisa sayang sama Nur bertahun-tahun lamanya. Buang-buang waktu gua aja."

"Ana sudah menceraikannya. Kita jalanin bisnis bareng mulai sekarang, Has." ucap Akmal.

"Boong banget, palingan lu rujuk lagi." Hasani udah kayak pelakor minta dinikahin.

"Jadi antum maunya ana gimana?"

"Gua cuma minta dingertiin aja, mana Nur?" Hasani bener-bener error.

"Nur dengerin dari tadi. Dia masih tetep minta khulu. Antum senang?"

"Gua gak peduli kalian mau cerai kek atau mau lanjut, bukan urusan gua."

"Kembalikan Khaulah, Has!" pinta Akmal..

"Weh, gak percaya kalau itu tadi mayat Khaulah?"

"Antum gak akan tega. Ana tau antum sayang kepadanya. Nih ana kirimkan foto."

Akmal mengirimkan foto Hasani dan Khaulah tidur berpelukan.

Tidak ada suara di sebelah sana.

"Has, supaya masalah selesai. Ana akan tinggalkan Nur, tapi kembalikan Khaulah padanya."

"Gua gak pernah nyuruh lu cerai. Kesannya gua masih mauin Nur. Cakepan juga Katya ke mana-mana."

"Antum hanya menyebut Katya aja dari tadi, berarti antum tidak patah hati gagal nikah dengan Kanayya?"

"Gua gak patah hati. Cuma sekarang gua gak punya tempat pulang gara-gara  nur."

"Masih ada ana." Akmal terus meladeni Hasani.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang