Chapter 93

105 22 35
                                    

Bukan Firaun
Chapter 93

Hala baru saja pulang dari rumah Abah. Seperti biasanya dia mandi lalu shalat ashar. Habis itu baru Embak bisa pulang dan gantian Khaulah dia yang menjaga.

Baru saja menutup salam, hape-nya berdering. Nomor tak dikenal. Tapi diangkat juga oleh Hala.

"Halo?"

"Halaaaaaaa!" terdengar suara suaminya.

"Astaghfirullah, baru juga tadi malam telepon, masa sekarang telepon lagi?" Hala kagetnya jujur.

"Ana pingin pulang." Akmal to the point.

"Ya Allah, Bang!" Hala speechless.

"Anti gak tau sih rasanya jadi ana di sini, ana pusing harus menghadapinya."

Sebelum Hala merespon, Akmal buru-buru menambahkan, "ana sudah tidur lama, sudah mandi, sudah makan. Tetap saja pusing ana gak hilang-hilang. Ana sepertinya gak kuat harus tinggal bersama mereka lebih lama lagi."

Hala tidak menjawab.

"Hala?" Akmal memeriksa hape-nya, masih tersambung.

"Ya, Bang, saya mendengarkan." sahut Hala.

"Ini ana pakai nomornya Shin. Jangan di-save nomornya! Habis ini delete! Jaga-jaga kalau hape anti jatuh ke tangan mereka. Semua foto sudah dihapus kan?"

"Sudah, kecuali foto produk jualan. Makanya saya gak papa kalau Bang Akmal gak sering-sering nelepon. Saya jadi takut kalau begini. Takut ketahuan, Bang."

"Insyaa Allah enggak, ana lagi di kafe dalam Mall. Shin bantu ngawasin keadaan."

"Saya heran kok Abang bisa gak tahan? Bukannya Abang enak ya bisa kumpul lagi dengan yang hobinya sama? Bisa maen skate bareng, bisa apa tuh namanya? Surfing? Bisa nongkrong kapan aja sama Hasani dan Shin. Saya malah takut Abang gak balik lagi keenakan kumpul sama mereka."

"Astaghfirullah, kalau cuma mau main ngapain susah-susah begini? Di sini serem, pergaulannya bebas, Hasani juga payah banget. Malah pacaran lagi dia sama Katya." Cieee Akmal ngadu.

"Maksud saya bukan cuma mau main, tapi sekalian main. Eh, Hasani pacaran lagi? Ya wajar sih, Katya kan Masyaa Allah cantiknya. Biarin deh asal bukan Abang yang macem-macem." Hala sih tipe emak-emak jaman now, yang penting bukan suaminya.

"Kok biarin? Ana ngejerumusin dia lagi dong? Ana yang ngajak dia join lagi, ana yang dosa kalau dia terjatuh lagi."

"Iya ya? Jadi gimana dong, Bang?" Hala bingung sendiri.

"Ana gak kuaaaat! Mana semua barang ana dari masa lalu lengkap semua ada di sana. Jijik ana lihatnya."

"Kenapa? Memangnya aneh banget? Perasaan saya, Abang masih suka pake baju aneh kalau pergi malam-malam."

"Itu kan laen."

"Lebih aneh lagi dari itu? Seperti apa? Apa kayak anak punk itu ya?"

"Ana gak seaneh itu dulu."

"Jadi kayak gimana?"

"Ada anting, gelang, kaos gambar aneh-aneh, celana sobek semua haissh." Akmal mengeluh.

"Oh kayak Hasani dan Shin? Kayak papan skate Abang juga."

"Enggaaaak, ini lebih aneh lagi."

"Ya, kayak apa? Saya gak ngerti."

"Anti mau lihat?"

"Hmmm, dosa gak sih?"

"Gak tau haha." Akmal sudah bisa ketawa.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang