Chapter 69

100 25 15
                                    

Bukan Firaun
Chapter 69

Di malam hari, kampung terasa sepi. Hanya terdengar suara jangkrik yang tempat hidupnya nyelip di antara perumahan padat.

Lampu rumah-rumah sudah mati semua kecuali lampu jalanan. Begitu juga di rumah Nurhala.

Sesosok hitam-hitam mengendap-ngendap menuju luar rumah. Melewati pintu pagar tanpa suara. Berjalan santai menyisiri gang menuju pengkolan.

Wush! Malam itu angin cukup kencang. Lampu jalanan mati nyala mati nyala bagai hubungan kita, eh ...

Sesosok berbaju hitam itu menunggu sambil jongkok di atas pohon. Emangnya ninja?

Gak sih! Dia cuma menyender di tiang listrik dengan gaya yang keren karena tinggi badan di atas rata-rata. Jelas karena genetik, mengingat masa kecilnya di panti asuhan disiksa. Tentu makanannya pun kurang bergizi. Boro-boro susu, ketemu nasi aja bisa dua hari sekali.

Allah Maha adil, walaupun sesosok hitam-hitam ini pontang panting selama dua puluh tiga tahun awal hidupnya namun dia dianugrahi bisa keren di segala posisi.

Padahal kalo aja itu orang lain, akan disangka lagi nunggu angkot, tapi kenapa kalo orang ini auranya seperti sebuah siluet karya seni?

Kenapaaaa? Teriak Olil ... eh

Dari arah ujung jalan yang bercahaya muncul siluet yang juga gak kalah keren. Kalau yang ini memang terbiasa dengan makanan bergizi dari umur enam bulan. Di saat bayi lain cuma minum susu kental manis, dia sudah minum susu bubuk korban iklan. Di saat bocah kampung lain jajannya anak mas, dia sudah ngerasain sundae strawberry di resto yang ditutupnya aja pake tangis-tangisan.

Dia berjalan santai dengan kedua tangannya di kepala seperti ditodong pistol. Anehnya cuma dia yang berpose begitu terlihat keren. Mungkin karena dia selalu bertambah dewasa dalam setiap langkahnya, selalu belajar sesuatu setiap harinya.

Mereka berdua bertemu di bawah lampu jalan.

"Assalamualaikum ya akhi!" sapa  sundae strawberry.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." jawab si karya seni.

"Dah lama, Mal?"

"Baru kok! Mana Shin?"

"Sebentar lagi sampe katanya."

Sebuah mobil meluncur cepat, mengepot tepat di samping dua orang keren yang gak minggir satu senti pun, percaya kalau mobil itu tidak akan menabrak.

Mobil itu bergambar tokoh anime di seluruh bodynya sehingga terlihat colourful. Terdengar suara musik berisik dari dalam berdentum-dentum.

Pintu terbuka otomatis ke atas seperti mobil James Bond.

"Masuk guys!" Sulaiman Atsary mengajak masuk.

"Matiin dulu lagu aneh lu itu! Baru gua masuk." Muhammad Hasani selalu protes.

"Hasil ngebegal di mana nih mobil?" Muhammad Akmal terkagum-kagum liat mobil Shin.

Shin mematikan audio mobil sambil manyun, barulah Hasani masuk ke bangku belakang diikuti Akmal.

"Hei kalian berdua kok duduk di belakang?"

"Ana mau ngomong sama Muhammad Hasani." ucap Akmal santai.

"Jalan, Pak! Tolong jangan nguping!" Hasani memukul kursi Shinichi.

"Nyesel gue ikut."

"Antum gak akan nyesel, antum kangen kan nongkrong sama ana?"

"Huhuhu kangen bangeeet! Huhuhu gue kangen banget nongkrong di pantai bareng lo."

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang