Chapter 90

81 21 66
                                    

Bukan Firaun
Chapter 90

Trio begal itu mendarat di bandara Lombok, lalu naik pesawat carteran ke Jakarta. Turun di Halim lanjut naik mobil Shinichi menuju rumah besar Katya.

"Eh gak ngambil baju dulu nih?" tanya Vlad.

"Mau ada meeting, setengah jam lagi." ucap Shin.

"Yang bener aja lu, Shin! Masa meeting pake baju geneee? Balik dulu gak ke hotel!" Vlad ngamuk.

"Gak sempet! Gak usah rewel deeh!" Shin bodo amat.

"Nih solusinya!" Yaro mengambil sesuatu dari kolong mobil.

"Bagooos! Tutupin deh gambarnya!" Vlad setuju mendadak loncat ke kursi belakang, terdengar suara batu terbentur-bentur kaleng. Shin mengintip melalui kaca spion.

Benar saja, Yaro lagi asyik mempilox merah kaos Hasani, "sreeeeet!"

Shin menyetop mobilnya mendadak hingga Yaro dan Vlad terjungkal.

"Nooooo! Kaos ori ituuuu! Gope harganya, kena mobil gue jugaaaaa!"

Yaro dan Vlad bodo amat, sekarang gantian Vlad mempilox kaos Yaro.

Shin menyalakan audio mobilnya dengan musik cempreng manja berdentam-dentam, Yaro dan Vlad menutup kuping berbarengan, "shut it dooooown!" (Matikaaan!)

Shin tidak peduli dan melarikan mobilnya melewati ambang batas kecepatan semakin kencang. Yaro dan Vlad otomatis memasang sabuk pengaman di belakang.

"Jangan ngambek napa Shiiiin! Masa lu ngambeknya mau ngajak kita semua mati?" Vlad teriak ketakutan.

"Lo aja bedua mati! Gue sumpahin kalian mati dalam keadaan terpilox." Shin kesel banget teriak-teriak menyumpah.

"Naudzubillah!" Yaro dan Vlad teriak berbarengan.

Shin ngebut total di jalan tol dengan musik berisik gak peduli, Hasani merem ketakutan, begitu pula Yaro, tapi kalau dia molor.

Yaro terbangun dengan tamparan di wajah.

"Bangun oy! Sudah sampe! Bapak-bapak banget lo, naek mobil molor." terdengar suara Shin meledek.

Yaro bangun lalu melihat sekeliling. Seketika dia flash back.

Wusssh!

Area ini sebenarnya adalah country club atau tempat berkumpul para bapak-bapak tajir melintir diwaktu luangnya. Mereka main golf, tenis, squash, renang. Mereka juga membuat acara barbekyu, pesta dansa, acara amal dan lain-lain. Namun sepanjang pengetahuan Yaro, tempat ini sudah tidak difungsikan lagi tanpa tahu alasannya.

Sekali saja dia diajak kesini ketika Katya ingin mengambil beberapa barang.

Di pavilliun paling belakang, Katya menyimpan semua barang-barang pribadinya. Rumah ortunya yang asli di Jakarta, namun menurut pengakuan Katya, dia hampir tidak pernah menginap di sana.

"Yaro, cuma lo yang pernah gue ajak masuk kamar ini. Lo harusnya bangga, hehe." ucap Katya sambil memasukkan beberapa barang ke dalam koper.

"I don't believe it!" Yaro mencibir. (Gue gak percaya.)

"Terserah!" jawab Katya santai.

"Kat, lo apa gak serem ya tinggal sendirian di sini?" tanya Yaro sambil melihat ke jendela.

"Ah cuma dua tahun aja gue di sini setelah pulang dari US." Katya sempat kuliah kedokteran di kampus negri ternama.

"Kan jauh dari kampus lo bukannya?"

"Makanya gue sering bolos, wkwk."

"Bukannya untuk masuk sana cuma orang-orang pinter aja ya?"

"Emang gue pinter, baru tahu lo?"

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang