Chapter 50

238 22 26
                                    

Bukan Firaun
Chapter 50

"Oh ya? Hasan kerja sama kamu sekarang?" Hala cukup kaget mendengar kabar itu.

"Ya Hala. Gak apa-apa kan?" Akmal meminta redho istrinya sambil menjaga Khaulah agar tidak terjatuh ketika berjalan keliling kamar.

"Lho Bang, Hasan kan punya warisan agen kulakan dari Bunda-nya. Kakak-kakaknya sudah bilang kalau seharusnya toko itu menjadi milik Hasan."

"Ah masa?" Akmal kurang tahu informasi itu karena memang Hala hampir tidak pernah membahas Hasani.

"Malu dong Bang, penghasilan dari kita pasti gak ada apa-apanya dibandingkan hasil kulakan dia."

"Selain gaji ana tawarkan juga sepuluh persen dari keuntungan." lapor Akmal.

"Ya Allah Bang? Kok Abang kebaikan bener sama dia?" Hala kaget.

Akmal terdiam, dia merasa bersalah menyembunyikan sesuatu dari istrinya.

"Saya sebenarnya keberatan, Bang." Hala melanjutkan.

"Soal sepuluh persen itu?"

"Bukan cuma soal itu, tapi Hasan kerja di sini. Saya takut, Bang!"

"Takut apa?"

Hala tidak bisa menjawab, dia tidak pernah memberitahukan kejadian terakhir kali Hasan membuka cadar dan memeluknya.

Melihat istrinya diam saja, Akmal mengangkat Khaulah dan memeluk istrinya bertiga

"Anti takut dia masih ada rasa ya?" tanya Akmal. Hala mengambil Khaulah dan kembali meletakkannya di lantai.

"Gak sampai seperti itu sih Bang. Tapi kan lebih baik menghindari masalah."

"Anti gak kasihan lihat dia yang sekarang? Anti lihat gak dia pakai anting?"

"Itu kan pilihan hidup dia, Bang."

"Ya tapi..."

"Tapi apa?"

"Ana merasa dia jadi begitu gara-gara ana."

"Harus berapa kali kita minta maaf? Abang sudah rela masuk penjara demi dia. Enam bulan loh kita terpisah. Orang kampung semuanya tahu aib kita. Apa semua itu gak cukup? Masa kita masih harus bertanggung jawab juga dengan jalan hidup dia sekarang?"

"Hala, ana masuk penjara bukan hanya demi Hasan, tapi memang ana sepantasnya masuk penjara. Bahkan harusnya lebih lama dari itu. Orang kampung tau aib ana, tapi kan ikhwah Masjid bisa menerima. Gak tau ya kalau yang lain. Kadang sih ana merasa ada beberapa yang kayak ketakutan kalo deket ana hehe."

"Entahlah Bang, saya masih gak sreg."

"Jalanin aja dulu ya?"

"Shin gimana?"

"Shin gak mau dan milih pergi." Akmal menunduk sedih.

"Sudahlah Bang, jangan bergaul lagi dengan orang-orang seperti itu! Untuk istiqomah itu susah lho."

"Hala! Shin bukan orang lain." Akmal agak tersinggung.

"Memangnya dia siapa kamu? Bukan sodara kan?" Hala memang dari dulu selalu kurang peka.

"Hala, ana tidak suka ya dengar anti ngomong gitu."

"Saya cuma takut kamu terbawa lagi, Bang!"

"Ana tidak perlu diajarin ya! Dan jangan atur-atur dengan siapa ana bergaul. Kesannya ana gak tahu adab pergaulan. Shin bukan orang lain dan..."

Akmal berdiri lalu berkata tegas ke istrinya.

"Perempuan memang tidak tahu arti persahabatan." Setelah itu Akmal pergi keluar kamar.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang