Chapter 16

133 30 32
                                    

Bukan Firaun
Chapter 16

Hasani mulai menyesali kebodohannya. Sekarang Nurhala judes sekali kepadanya. Walau berkali-kali dia mencoba menjelaskan, namun Nurhala tetap tidak terima.

"Akmal nipu gua, Nur, masa lu gak percaya?"

"Akmal memang curang, tapi lu juga salah main percaya aja tanpa mau mendengarkan penjelasan gua."

"Ya Allah, Nur, siapa yang gak marah mendengar rekaman sejelas itu?" Hasani terus membela diri.

"Gua ngerti, tapi kita temenan dari kecil, masa lu gak percaya kalau gua gak mungkin begitu? Lu main marah aja dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Bukan hanya ke gua tapi juga menyakiti hati Abah."

"Gua kan udah minta maaf berkali-kali, ke Abah juga udah."

"Maaf lu diterima."

"Jadi kenapa lu masih marah?"

"Siapa yang marah?"

"Kalau gitu gua datang ya ke rumah bersama Bunda?"

"Maaf, kalau itu gua sudah gak mau."

"Nah berarti lu masih marah." Hasani mengetik di hape dengan ekspresi seperti lagi dicubit.

"Enggak marah, tapi gak mau mikirin urusan itu lagi."

"Kok gitu?"

"Gua masih mau jagain Abah."

"Terus Akmal gimana?"

"Akmal gimana-gimana?"

"Si tukang fitnah itu kan ingin taaruf dengan lu, Nur."

"Gua juga gak mau." Waktu itu Nur baru saja menolak lamaran Akmal.

"Bohong!"

"*Emot wajah datar."

"Lu emang gak pernah ada rasa sama gua, Nur."

"Udah ya! Sebenarnya kita sudah gak boleh chatting seperti ini lagi. Kita sama-sama sudah ngaji."

"Tunggu! Gua tahu memang gak boleh, tapi gua gak mau kehilangan lu, Nur. Lu bukan hanya teman, tapi juga gua anggap adik dan mungkin sebagai istri di masa depan."

"Karena gua tahu kita berteman, makanya gua masih mau chattingan. Tapi kita bukan adik kakak dan kalau pembahasannya sudah menjurus begitu, gua malu sama cadar yang gua pakai. Emangnya lu gak malu sama jenggot dan gamis yang lu pakai?"

"Ya Allah, Nur, makanya kita halalin aja hubungan kita!"

"Gua gak mau, gua masih belum mau nikah."

"Kalau begitu kita tetap teman kan?"

"Iya lah, bersikaplah seperti teman! Jangan bahas yang menjurus! Kalau begitu lagi, gua block nomor lu!"

"Iya iya gua janji! Tapi jangan block nomor gua!"

Nurhala pingin banget ngomong, kemaren lu dua pekan ngeblock nomor gua, nuduh gua pezina, batalin mengkhitbah, apa lu tahu perasaan gua?

"Nur?" Hasani memanggilnya.

Nurhala nyuekin Hasani lalu menaruh hape-nya di meja.

Dia memang sakit hati sekali karena sebenarnya dia sudah mau menerima pinangan Hasani. Jangan sampai Hasani tahu, karena itu menjatuhkan harga dirinya.

Nurhala menoleh ke cermin kecil di atas meja. Dipandangi wajahnya yang kata orang sangat mirip Ibu-nya yang keturunan Arab Betawi Cina. Bibirnya hampir tidak berwarna, kulit mukanya bersih tanpa jerawat namun terdapat beberapa bintik coklat. Terkadang Nurhala seperti melihat wajah orang sakit. Pucat tanpa rona.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang