Chapter 107

132 23 37
                                    

Bukan Firaun
Chapter 107

Katya membuka kotak tersebut dan menjembreng hadiah dari Hala. Sebuah lingerie warna hitam berenda, simple namun menggoda.

"Ini punya kamu?" entah sejak kapan Katya ber-aku kamu dengan Hala.

"Iya, ini hadiah dari teman saya, karena belum sempat dipakai, buat kamu saja. Kamu pasti perlu pakaian dalam dan ini cukup pas untuk pengantin baru." Hala menjelaskan.

"Orang-orang seperti kalian memakai ginian?" tanya Katya heran.

"Tergantung suaminya sih, kalau mereka suka, ya pakai. Kalau mereka tidak suka, ya tidak dipakai."

Katya bengong melihat lingerie di tangannya.

"Kat, kamu lebih baik rebahan. Kata Dokter Hanin walaupun peluru hanya merobek pundak, tapi lukanya bisa berbahaya karena hampir menyenggol tulang. Memangnya kamu gak perih banyak bergerak gini?" Hala memberi saran.

"Whiskey sangat membantu, tapi aku lapar sebenarnya." ucap Katya.

"Ya sudah kamu tunggu sini! Saya ambilkan makanan." Hala berdiri namun tangannya ditarik oleh Katya.

"Temani aku dulu! Aku gak tahan sendirian." Katya rebahan di ranjang sambil menepuk tempat di sampingnya.

"Sini rebahan juga, biar ngobrolnya enak!" Katya meminta. Hala menuruti, dia pun rebahan di atas ranjangnya sendiri.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya dia akan tidur samping-sampingan dengan mantannya suami yang sekarang menjadi istri sahabatnya.

"Hala, aku minta maaf karena telah mengganggu kehidupan kalian. Aku sungguh tidak ingin mengganggu Yaro yang sekarang kelihatan sangat bahagia bersama kamu. Setelah beberapa hari aku akan segera pergi." Katya memberi tahu.

"Ya saya sangat terganggu. Saya tidak tahu harus bagaimana terhadap kamu dan juga yang lainnya. Saya bukan orang yang mudah bergaul. Maafkan saya, Katya." Hala memandang ke atap berkata apa adanya.

Katya berbalik badan menghadap Hala, "jangan meminta maaf kalau kamu tidak merasa salah!"

Hala ikut membalikkan badannya, "ucapan kamu persis ucapan suamiku. Dia juga tidak suka permintaan maaf basa-basi."

"Tapi kamu setuju kan?" tanya Katya sambil senyum.

"Setuju, tapi saya barusan meminta maaf bukan basa-basi dan saya merasa perlu. Karena saya merasa bersalah tidak bisa bersikap yang benar. Setidaknya sekarang saya berusaha."

Katya terdiam sambil memandang Hala, lalu dia tersenyum.

"Hala, kamu tau gak? Tadi siang waktu Dokter Hanin dan asistennya serta kamu ada di ruangan ini, aku sempat merasa ngeri lho. Aku berasa seruangan dengan makhluk dari dimensi lain, hihi. Kalian bertiga hitam-hitam dan tidak satupun yang takut melihat darah."

"Mereka kan dokter." jawab Hala.

"Kamu juga tidak takut melihat darah, tidak panik sama sekali."

"Berkat didikan Abah saya."

"Hala ceritakan seperti apa hidup Yaro sekarang! Aku ingin tahu." Katya meminta.

"Bang Akmal mencari rizki dengan berjualan buah ke luar negri. Dia sangat suka ke Masjid baik untuk ibadah atau sekedar tidur. Dia kurang suka anak kecil namun saya tahu dia sayang anaknya. Bang Akmal punya banyak keinginan, dia bukan orang yang betah dengan rutinitas. Dia juga kurang sabar dalam belajar agama, terlalu ingin cepat berbuat. Menurut dia belajar bahasa Arab tidak tepat untuknya karena dia tidak berminat untuk menjadi ustadz atau ahli agama. Dia hanya ingin bergerak dan bergerak dan bergerak. Dia tidak bisa dikekang dengan begitu banyak peraturan. Bang Akmal itu seperti burung Elang yang akan mati kalau dilarang untuk terbang."

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang