Chapter 36

133 25 40
                                    

Bukan Firaun
Chapter 36

Hala terbiasa tidak mengusik suaminya jika sedang keluar rumah. Dia mengirim pesan sekali, melapor kalau acara telah selesai. Tanggal pernikahan telah ditentukan dua pekan dari sekarang. Tentu saja tidak akan ada perayaan besar-besaran karena abah dan bunda merasa sudah terlalu tua untuk itu. Hanya mengundang tetangga untuk makan-makan.

Sesampainya di rumah, Hala melihat rantang makanan tergeletak dekat box buah. Diambil dan dibawa masuk.

Sampai siang, pesan WA-nya masih tetap centang satu. Hala masih tidak berpikiran apa-apa, tapi ketika maghrib telah lewat dan pesannya masih tetap di posisi sama, dia mulai cemas.

Ditelepon tidak tersambung.

Jam delapan malam baru masuk pesan dari suaminya dalam bentuk ... foto?

Foto suaminya yang sedang tidur, di sampingnya ada wajah si pirang yang tersenyum sambil membuat simbol love dengan jempol dan jari telunjuk.

Hala menghujamkan pisau buahnya ke kulit melon.

Ting! Masuk pesan berikut.

"Mu'up eaaaa tayang! Akyu mu nongkrong dulu cama temen-temen lama. Nginep bole eaaa! Bye tayang! Lup yu! Muach! 💋"

Hala melotot membacanya. Suaminya emang manja tapi gak gini-gini amat. Pasti si pirang ini ngerjain.

Hala bolak-balik di kamarnya sambil memperhatikan foto tersebut mencari petunjuk.

Hala memutuskan untuk bertindak. Dia membuka lemarinya, mengambil setelan khimar perancis agar mudah bergerak. Bawahannya memakai kulot lebar yang tetap dilapisi celamis. Hala hampir saja membawa pisau buahnya, tapi berubah pikiran. Takut kena razia polisi.

Hala mengeluarkan motornya dan melarikannya ke sebuah tempat.

Instingnya mengarahkan ke sana karena dia tidak tahu lagi harus kemana. Dari jauh dia melihat beberapa orang berkerumun depan tembok pagar.

Dimatikan lampu motornya lalu pelan-pelan mendekat. Dilihatnya ikhwan ABC sedang berbisik-bisik.

Hala mendekat dan menegur.

"Assalamualaikum! Ngapain kalian di sini?"

Ikhwan ABC terlonjak.

"Astaghfirullah, Nur, bikin jantung gua mau offline aja." ikhwan A misuh-misuh.

"Wa'alaikumussalam, Nur, ngapain juga lu di sini?" ikhwan C ingat menjawab salam.

"Duh alhamdulillah gua gak teriak." ikhwan B masih megangin dadanya kaget.

"Ini rumah suami gua, kalian mau ngapain emangnya?" tanya Hala sekali lagi.

Ikhwan ABC berpandang-pandangan.

"Rumah Bang Akmal?" tanya ikhwan C, sekarang mereka manggilnya pakai Bang setelah tau umurnya lebih tua jauh.

"Iya ini rumah Bang Akmal, ada apa sih? Kok kalian ngumpul-ngumpul di sini?"

"Nur, jangan marah ya? Tadi pagi Hasan minjem motor gua buru-buru, trus ngirimin foto alamat ini. Gua gak ngerti maksudnya apaan. Yang pasti sampai malam gini dia gak ada kabar. Gua coba datangin alamatnya dan ketemu nih motor gua di pinggir jalan. Ya Allah alhamdulillah kagak hilang." ikhwan B menjelaskan panjang lebar.

Hala meminggirkan motornya lalu berjalan ke arah gerbang. Keliatan mobil suaminya ada di situ, begitu pula mobil Shin dan satu mobil tidak dia kenali. Diperiksa pintunya, terkunci.

Hala menyender ke tembok kentara sedang berpikir.

Ikhwan ABC menghampiri.

"Kita juga baru sampe kok, belum tahu kudu ngapain. Nah karena ada lu, Nur! Tolong tanyain dah ama laki lu, liat Hasan kagak?" ikhwan A minta tolong.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang