Bukan Firaun
Chapter 39Hala berhasil keluar dari rumah sakit, kepalanya terasa pening, perutnya mual. Sekujur tubuhnya berkeringat. Dia keluar ke arah jalan, takut Hasani mengejar.
Tepat sebuah mobil berhenti di depannya, pintu terbuka, terlihat sesosok rambut pirang melambaikan tangan.
"Masuk!" perintahnya.
Hala tidak menunggu lebih lama lagi, segera memasuki mobil. Di dalamnya ada Borya dan Shin.
Tidak terbayangkan oleh Hala, dia lebih memilih mengikuti serombongan penjahat dibandingkan keluarganya sendiri. Hala menutup matanya dan menyenderkan kepala ke jendela.
"Ya Allah tolong bimbing hamba! Ya Allah tolong jaga hamba!" Hala menyebut nama-Nya dalam hati.
"Hala, lo gak papa?" tanya Katya lembut. Hala membuka matanya dan menoleh.
"Maaf, saya harus shalat. Bolehkah kita berhenti di Masjid?" pinta Hala.
"Shalat apaan jam segini?" Katya juga ngerti.
"Saya terlewat shalat subuh." jawab Nurhala. "Huek!" hampir aja Hala muntah namun dia berusaha menahannya.
Katya menjulurkan plastik.
"Muntah aja di sini! Duh kesian lo ya? Dah makan belom? Borya! Mampir drive through!" Katya meminta. Borya mengiyakan.
"Hala, sorry semalam gue terpaksa ngehubungin bokap lo! Gue ngeri lo kenapa-kenapa soalnya lo pingsan. Lagian lo pasti gak nyaman kalau cuma berduaan sama gue di rumah sakit." Shinichi menerangkan. Hala sibuk muntah.
"Tapi pas bokap lo dateng, gue diusir. Terpaksa gue pergi. Baru sekarang gue bisa dateng lagi untuk ngecek."
Katya menjulurkan tisyu dan aqua. Hala hanya muntah lendir karena perutnya kosong. Borya memasuki drive through dan memesan hot tea serta croissant.
Ketika menerima makanan itu, Hala diam dan menaruhnya di pangkuan.
"Ayo makan!" Katya udah duluan makan, semua yang di dalam mobil sarapan karena memang itu masih pagi. Mereka berhenti di parkiran.
Hala tetap diam.
"Maaf saya harus shalat!" Hala turun dari mobil dan mencari mushala pegawai. Biasanya di coffee shop ada. Dan dia benar.
Hala masuk mushala, shalat subuh lanjut dhuha lanjut istikhoroh. Dia gak berani makan pemberian Katya and the gank. Apakah halal?
Hala nangis lagi di mushala, dia sungguh kebingungan. Tau-tau Katya sudah ada di sampingnya.
"Gue khawatir lo kok lama banget. Nih gue bawain roti sama teh-nya."
"Ma..maaf." Hala cuma bisa minta maaf sambil nangis.
Katya memijit pundak Hala.
"Lo gak pengap apa ya mukanya ketutup cadar basah begitu?" tanya Katya.Hala melepaskan cadarnya lalu mengelap mukanya dengan tisyu.
"Akhirnya gue ngeliat muka lo juga. Lo pucet banget! Mending kita ke mobil trus istirahat di hotel." ajak Katya.
"Muka saya memang begini dari sananya." ucap Hala yang biasa dianggap seperti orang sakit.
"Ya udah makan dulu ya!"
Hala mengambil roti tersebut dan menggigitnya. Dia merasa berat namun dia memang harus makan.
"Tolong antarkan saya ke kantor polisi!" pinta Hala sambil makan.
"Jangan! Di sana banyak wartawan, kehadiran lo bakal jadi makanan empuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Firaun
RomanceSeorang perampok jatuh hati pada seorang akhwat yang tidak pernah menangis. Lalu gimana ceritanya sehingga mereka bisa menikah?