Chapter 87

116 24 25
                                    

Bukan Firaun
Chapter 87

[Dear Akmal dan Hasani yang umurnya muda tapi mukanya tua.

Pasti lo sempet mikir gue berkhianat ya? Wkwk, gue masih inget wajah Hasani waktu gue tinggalin. Pucet kayak nahan be'ol, wkwk.

Tapi gue ngaku deh, gue emang berharap Hasani gak vanish dan balik kerja lagi. Sedih gue, udah kehilangan Akmal, harus kehilangan Hasani juga. Borya dan Katya bukan temen gue tapi bos. Gimana bisa temenan sama bos? Mana serem-serem orangnya, hiiy.

Dari dulu gue gak dukung kalau Hasani kembali bego. Eh maksud gue bukannya bilang lo bego, Mal! Tapi ... ah iya sih gue menganggapnya kalian itu bego haha.

Lo, Mal! Yang tadinya keren sekarang jadi bego takut sama bini. Lo, Has! Gak bakalan bisa lo hidup kayak si Akmal. Mendingan lo balik kerja bareng gue, tapi jangan gampang dikerjain Katya dong? Jual mahal dikit kek!]

Hala berhenti membaca surat dari Shin dan berteriak, "nah, kaaaan? Gimana saya bisa redho Abang temenan sama Shin? Dia jelek-jelekin saya di belakang."

Shin yang masih on di WA VC menutup mulutnya cekikikan.

"Ups, ketahuan! Ah lo sih, Mal! Gue bilang juga bakar kalau sudah dibaca." Shin mengomel.

"Hasani kan belum baca." ucap Akmal kalem. Hala mengambil hape suaminya dan menyemprot Shin.

"Jangan isi pikiran suami saya dengan fitnah keji ya? Saya bukan tipe istri semacam itu."

"Masa cuma nongkrong di pantai semalaman aja sampe menta cere? Wow banget." Shin berani sekarang karena jarak jauh. Hala hampir aja membanting hape tersebut tapi keburu dipegang tangannya oleh Akmal.

"Shin, istri ana tidak biasa main ledek-ledekan. Jangan perlakukan dia seperti itu!" Akmal mengingatkan.

"Wkwk, maaf ya nyonya Akmal. Serius itu cuma becanda aja kok." Shin mengatupkan tangannya di dada sambil senyum.

"Ya Allah, Bang, masa becanda kek gitu sih?" Hala mengeluh. Akmal menelungkupkan hape lalu memegang tangan istrinya yang terasa dingin.

"Trust me? Move on?" pinta Akmal. Hala mengangguk sambil menarik napas. (Percaya ana!)

Akmal lalu mengangkat hape-nya dan berkata.

"Ana mau Hala mendengar semua yang akan kita bahas. Biar dia tahu apa yang sedang kita hadapi. Biar ana gak perlu dua kali menjelaskan. Tolong jangan sembarangin dia! Ana masih senior antum, Hala istri senior. Dia pantas mendapatkan respect." Akmal memberi ultimatum.

"Hormaaaat graaaak!" Shin memberi hormat tapi pakai gaya hitler. Hala diam aja dan duduk di samping suaminya.

"Shin, bilang kek kalo semalam cuma taktik doang? Hampir mau gua bunuh lu!" Tau-tau Hasani nongol dan merebut hape dari tangan Akmal.

"Wkwk lo asyik pacaran sama Katya sih, gimana cara gue ngasih taunya?"

"Eeeh enak aja siapa yang pacaran?" Hasani lari menjauh takut kedengeran Hala.

"Lo pacaran di atas badannya si Akmal, dah kayak meja aja semalam si Akmal, wkwk."

Sekali tepuk, tiga lalat kejet-kejet. Akmal habis dipukulin istrinya sedang Hasani sibuk sat sut sat sut nyuruh Shin tutup mulut.

"Lo mending baca surat dari gue dulu. Di situ gue jabarin analisa situasi saat ini. Habis itu baru kita cari solusi." Shin akhirnya serius. Hasani mengambil surat dari Shin dan membacanya.

[Ada beberapa kejanggalan dari sikap Katya dan Borya akhir-akhir ini. Semua dimulai semenjak Hasani vanish. Gue coba jabarin ya.

1. Mendadak semua asset dijual dengan alasan tercium aparat. Kalau alasannya itu, tinggal bersihkan saja rumah dari barbuk, kenapa harus dijual?

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang