Chapter 59

96 22 32
                                    

Bukan Firaun
Chapter 59

Abis tuker baju, Hasani malah seger. Setelah memesan makanan melalui room service mereka berdua makan.

"Parah lu, Mal! Masa baju gua dibikin basah. Gak ada ganti kan ternyata?"

"Itu ada kimono?"

"Terus besok gimana?"

"Ya jemur baju yang tadi!"

"Kotor dong belum dicuci?"

"Ya Allah, antum itu dua tahun ngapain aja sih? Tibang baju belum dicuci aja ribet banget?"

"Gua gak biasa jorok kayak elu ya!" Hasani kalau sadar nyebelin banget.

"Anak Mama antum belum ilang juga ya?"

"Apa hubungannya sama anak Mama? Kalau bukan anak mama jadi jorok ya?"

"Jadi gak pernah ada yang nyuciin baju."

"Ya cuci sendiri lah!"

"Kalo gitu kenapa antum gak cuci aja tuh baju?"

"Kan ada loundry, emangnya gua miskin?"

"Terus apa yang antum ributin dari tadi?"

"Gak ada, lucu aja kalo liat lu sebel wkwk." Hasani makan sambil ngakak.

"Katanya mau bikin biodata? Sini ana bikinin deh!" Akmal mengambil laptopnya dan mulai mengetik. Nasgor di piringnya sudah habis.

"Nama Muhammad Hasani. Maasyaa Allah antum tau gak nama kita kan sama?" Akmal memberi tahu sambil mengetik.

"Nama yang mana? Vladislav? Itu Katya yang ngasih nama, gua sebenernya keberatan. Kok mirip sama Yaroslav?"

"Bukan yang itu, tapi Muhammad. Nama asli ana juga Muhammad."

"Ya lu ngikut-ngikutin nama gua."

"Antum dong yang ngikutin, kan tuaan ana."

"Hehe iya ya? Gak cocok banget lu pake nama Muhammad."

"Beuuh gak lihat nih? Ana mah jantan sekarang ada jenggotnya. gak kayak antum mulus, iih antum gak ngeri apa di incar pantat?"

"Minta gua tembak yang ngincer?"

"Seneng mereka ditembak antum."

"Jijay amat sih becandaan lu, Mal?" Bibir Hasani bentuk perahu terbalik.

"Ana gak becanda, ana bolak balik diincar pedo soalnya waktu kecil. Jadi agak-agak trauma."

"Lu kecilnya tinggal di mana sih?"

"Di Jakarta kok."

"Orangtua lu orang betawi?"

"Gak tahu orang mana."

"Kok bisa gak tahu?"

"Karena ana gak sempat kenal."

"Hah?"

"Ana besar di panti asuhan."

"Ooh baru tahu gua."

"Ya udah lanjut ya? Antum masih punya sisa hapalan berapa juz?"

"Kapan ya terakhir kali ada yang nanya gitu ke gua? Wkwk. Nah kalau ngaji gua berhenti sama sekali, Mal."

"Aduh, perlu gak ditulis jumlah hapalan tuh?" Akmal bingung.

"Kalau yang hapalannya banyak sih biasanya pada ditulis, terutama anak pondok. Kalau gua kan bukan anak pondok. Lu dulu boongin Nur bilangnya berapa jumlah hapalan?"

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang