Chapter 75

109 20 33
                                    

Bukan Firaun
Chapter 75

Subuh, Akmal ditendang Hasani.

"Woy, tadz! Bangun tadz! Molor aja lu!"

Akmal terduduk di karpet dengan kepala puyeng. Dia benar-benar kurang tidur. Dilihatnya Hasani sedang jalan bolak-balik sambil menggendong Khaulah.

"Pa ... pa! Coba ayo! Ayo! Ayo dong, Kala!" Hasani masih saja kepengen dipanggil gitu.

"Antum lagi ngapain?"

"Ngurusin anak lu! Nyariin Emaknya kayaknya. Sempet nangis die."

"Titip Khaulah sepekan boleh, Has?"

"Boleh dong! Mak-nya ngasih gak?"

"Mak-nya mau ana ajak naik gunung."

"Enak ajaaaaa! Gua disuru jagain anak. Lu berdua seneng-seneng." Hasani ternyata gak mau wkwk.

Akmal berdiri, berjalan sempoyongan ke kamar mandi untuk wudhu. Dia gak kuat ke Masjid.

Setelah shalat, Akmal berkata, "ana harus pulang, ana belom mandi dua hari ini."

Hasani mundur dan menutup hidung Khaulah, "orang itu jorok. Lupain aja ya dia!"

"Baru tau ana ada rampok sok bersih kek antum." Akmal gak baperan diledekin Hasani.

"Mantan hoeee. Lagian jorok banget sih lu?"

"Mana ada anak gunung rajin mandi?"

"Gua bukan anak gunung." Hasani kembali bolak-balik sambil mengayun-ayunkan Kala.

"Udah taro aja Khaulah! Jangan keseringan digendong! Nanti manja." Akmal mengingatkan sambil memeriksa menu room service.

"Dia baru bangun, masa udah disuruh jalan? Ini aja udah bagus gak nyari emaknye lagi."

"Ayo rencanain nanti mau ngomong apa aja pas ketemu Hala." Akmal bersila di karpet.

"Ya seperti yang lu minta kan? Itu foto editan. Semua yang gua omongin itu boong."

"Ngomongnya gimana? Coba ana mau denger!"

"Yailah, Mal! Udahlah gampang itu." Hasani gak mau ribet.

Akmal akhirnya nurut, setelah dia sarapan, karena dari kemaren siang belum makan, barulah kembali pulang.

Di depan pagar rumah, Akmal mengetuk pintu. Menunggu sebentar karena pasti Hala sibuk memakai hijab. Tak lama kemudian, pintu terbuka.

Cepat sekali Hala mengambil Khaulah dari gendongan Akmal. Salam dari mereka dijawab hampir tidak terdengar.

Setelah itu, Nurhala menutup pintunya dengan kecepatan yang mengherankan.

Hasani menaruh plastik-plastik berisikan barang-barang Khaulah yang dia beli di bangku teras.

"Ya udah ya, gua balik!" Hasani balik badan, Akmal menahan kaos Hasani sampe kedengeran bunyi benang ketarik.

"Woy, sobek nanti kaos kesayangan gua." Hasani misuh-misuh.

"Kelarin sekarang juga!" pinta Akmal. Lalu dia mengetuk pintu lagi. Tidak dibukakan.

Akmal mengetuk pintu sambil memanggil sebanyak tiga belas kali. Tetap saja tidak dibukakan. Hasani duduk di tangga pendek sambil main hape.

"Lu kok jadi takut bini gitu sih, Mal?" Hasani malah ngeledek.

"Lupa ya kalau biang masalahnya antum?"

"Loh gua ngasih liat foto setelah kalian berantem kok, jadi kalian cerai bukan salah gua dong?"

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang