Chapter 24

128 32 8
                                    

Bukan Firaun
Chapter 24

Dua hari kemudian pasangan baru itu terbang ke Lombok.

Bersama Shinichi.

"Masa Shawn ikut?" Awalnya Nurhala keberatan.

"Kita perlu dia buat porter, dari pada bawa orang yang kita gak kenal." Yaroslav beralasan.

"Apa itu porter?"

"Yang bawain barang-barang kita nantinya."

"Biar saya bawa sendiri, Bang!"

"Anti gak bakalan kuat. Ana juga bawa ransel besar, anti cukup bawa air minum dan cemilan aja."

"Memangnya kita mau ngapain sih?"

"Camping."

"Ho?"

"Tenang aja! Asyik banget nanti di sana itu, pemandangannya luar biasa. Bentar-bentar!" Yaroslav mengambil hape-nya lalu menunjukkan ke istrinya.

"Maasyaa Allah, ya Allah kita mau ke sana? Saya mauuuu." Nurhala langsung terpesona.

"Nah kan ana bilang juga apa. Memang sih harus jalan jauh naiknya, tapi ana yakin, anti pasti kuat. Nanti kita lewat jalur umum aja."

Nurhala mengangguk kesenangan.

Kini mereka telah berada di atas pesawat. Itu pertama kali Nurhala naik pesawat terbang dan dia tidak takut, malah kesenangan melihat ke jendela. Sengaja Yaroslav pilihkan tempat di situ, dia di tengah sedang Shinichi di aisle atau lorong.

Baru juga lepas landas, Shinichi sudah molor.

"Kenapa Shin gak ikut?" tanya Nurhala.

"Sibuk." jawab Yaroslav singkat.

"Sebenarnya saya agak ragu untuk pergi, bunda lagi di rumah sakit soalnya." Nurhala tampak gak nyaman.

"Heish, kenapa gitu? Orangnya juga udah sadar kan? Lebay emang mantan anti tuh. Drama king." Yaroslav menjawab kesal.

"Ya Allah, Bang, Hasani bukan mantan saya. Abang jangan begitu sama Hasani. Kasihan dia cuma punya bunda aja." Nurhala menasihati.

"Ana gak punya orangtua, biasa aja." Yaroslav cemberut.

Nurhala merasa salah ngomong.

"Maaf Bang, bukan maksud saya begitu. Abah itu gak pernah mau menikah lagi semenjak Emak Rahimahullah tiada. Saya tahu sudah lama Bunda Hasani suka sama Abah, karena mereka juga teman masa kecil. Ketika saya mau nikah, Abah mulai membuka hatinya. Bukankah bagus juga buat Bang Akmal, gak harus ikut jagain Abah?" Nurhala membujuknya.

Yaroslav memutarkan badannya dan memegang tangan istrinya erat.

"Ana mau kok ngurusin Abah. Bikinin kopi? Masakin air? Masak lauk? Nanti kita pekerjakan ART. Lagian kalau mau cari istri kenapa harus orang itu sih? Cari yang mudaan dikit kek. Abah kan masih ganteng." Yaroslav terus merepet.

"Abah gak seperti itu. Kalau begitu sudah dari lama nikah. Banyak memang gadis yang ngejar Abah waktu saya masih kecil. Tapi Abah milih membesarkan saya. Sekarang saya sudah menikah, waktunya Abah untuk bahagia."

Yaroslav diam menatap bangku di depannya.

"Jangan benci dengan Hasani, Bang Akmal. Ya?" Nurhala memohon.

"Dia yang benci ana."

"Bukan benci, cuma belum kenal aja." Nurhala gak mau ngungkit soal pembakaran rumah.

"Ogah banget kenal sama dia. Lagian ngapain sih bahas dia? Kita kan lagi honeymoon. Anti gak kedinginan kan? Jaket sudah dipakai?" Yaroslav mengalihkan pembicaraan.

Bukan FiraunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang