Prolog

110K 4.1K 471
                                    


YOK NABUNG BUAT PELUK NOVELNYA!!

NTR DIKABARIN LAGI!N

----

Nemuin cerita ini di mana?

Baca ulang or baru baca?

Sebagian part di private, follow dulu baru baca!

Jangan lupa vote, coment dam bagikan ke teman-temannya.

Maaf, cerita banyak mengandung kata-kata baper. Tapi, itu akan kalian baca bukan di part awal. Tapi, di saat mereka berdua berdekatan.

Maaf jika banyak typo di cerita ini dan gaje, harap memaklumi karena belum direvisi! Kalau nggak suka langsung tinggalkan aja lapak ini, ok!

Aku tantang kalian buat baca part 13 dan part 19, kalau nggak suka tinggalkan. Jangan pas baca awalnya yg flat, kalian anggap nggak seru. Tapi, itu hak kalian sebagai pembaca:)

***

PROLOG

Uhuk! Uhuk!

Uhuk! Uhuk!

Suara batuk itu terdengar dari wanita paruh baya yang sedang tergeletak lemah di atas ranjang. Ranjang yang terlihat sederhana dengan balutan sprei biasa. Ruangan yang di desain dengan sederhana tanpa ada kemewahan sedikitpun.

Seorang gadis yang mendengar suara batuk itu dari ruang tamu sedang belajar sambil menunggu ayahnya pulang bekerja. Ayahnya bekerja paruh waktu di cafe sampai larut malam. Gadis itu langsung menuju sumber suara. Gadis itu membuka pintu kamar bundanya. Sontak dia mendelik, mendapati bundanya yang tadi terbaring indah di atas ranjang sebelum dia tinggalkan. Sekarang telah tergeletak lemah di atas lantai keramik yang terlihat biasa saja dengan sedikit retakan di beberapa keramik.

"Bunda!" pekik gadis yang memiliki nama lengkap Zelia Tuvelia Neyfili. Gadis yang hidup di keluarga sederhana.

Dengan cepat Zelia berlari menghampiri bundanya, Felisia lalu membantu Felisia kembali berbaring di atas kasur.

"Bunda jangan banyak bergerak, bunda istirahat saja. Kalau ada apa-apa panggil Zelia aja. Zelia nggak mau bunda kenapa-kenapa," ucap Zelia cemas sambil menyelimuti tubuh Felisia dengan selimut lalu duduk di samping Felisia, menatap ke arahnya.

"Bunda nggak mau ngerepotin kamu, kamu belajar aja. Bunda bisa sendiri kok," kata Felisia sambil mengelus lembut rambut anaknya yang sedang duduk di sampingnya.

Zelia menoleh ke arah nakas yang berada di sampingnya. Gadis itu menjulurkan tangannya, mengambil sebuah kantong kresek berwarna bening yang di dalamnya berisi obat-obatan.

Zelia menatap nanar ke arah obat yang dipegangnya. Habis. "Bunda, Zelia pergi dulu, ya."

Zelia beranjak dari atas ranjang, keluar dari ruangan yang tidak terlalu besar itu.

"Pergi kemana?" tanya Felisia sontak membuat langkah Zelia terhenti di depan pintu. Zelia sudah membuka setengah pintu kamar, tangannya memegang gagang pintu itu.

Gadis itu menoleh ke arah Felisia. "Ke apotik, beliin obat bunda. Bunda kan udah dua hari nggak minum obat," jawab Zelia sambil tersenyum.

"Tapi uangnya? Lagian hari sudah larut nggak ada apotik yang buka," ujar Felisia khawatir. Keluarga mereka memang krisis ekonomi. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

"Tenang aja bun, uang tabungan ku masih ada. Apotik di seberang jalan depan masih buka, kok jam segini." jawab Zelia tenang.

"Tapi-,"

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang