105. Left with memories

175 18 8
                                    

"Mas?" kepalanya mendongak menatap Johnny, "keluar dulu yuk? Ayah mau ngomong."

Jaemin beralih menatap sang bunda, wanita itu mengangguk, membuatnya juga mengangguk dan beranjak dari duduknya, mengikuti ayah dan bundanya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Banyak dari mereka yang tidak sadar disini kalau ketiga orang itu melangkah keluar.

Sesampainya diluar, Jaemin duduk diantara kedua orang tuanya, dia melihat Johnny menghela napasnya lirih.

"Ayah mau minta tolong sama kamu."

Jaemin masih setia menunggu apa yang akan pria itu katakan.

"Kamu tau sendiri 'kan, perusahaan Ayah yang di Amerika lagi bermasalah? Ayah mau minta bantuan sama kamu, Mas ...."

Jaemin masih bingung sendiri sebenarnya. Tetapi dia bisa menangkap apa yang ayahnya itu maksud. Tentang dia yang katanya ingin meminta bantuan kepadanya.

Dia sudah mengerti.

Jaemin menggeleng pelan.

"Mas ... Ayah tau kamu pinter, kamu cerdas, kamu bisa melakukan semuanya, kamu bisa bantu ayah lagi. Ayah tau ...."

Jaemin sempat meminta bantuan kepada bundanya, kalau dia tidak mau melakukan apa yang ayahnya minta. Tetapi, bundanya juga tidak bisa menolongnya, berharap dia juga mau mengikuti pernintah suaminya.

"Mas, ayah mohon ...."

"Yah ... Mas lagi nggak mau jauh dari adek ... Adek—"

Jaemin menunduk, bukannya dia tidak mau membantu Johnny, tidak mau membantu perusahaan ayahnya yang terletak di Amerika itu, yang memang kini bisa di bilang tengah dilanda masalah.

Tapi ... adiknya. Dia benar-benar tidak ingin jauh dengan adiknya. Kondisi gadis itu saat ini ... Ah, dia tidak ingin meninggalkan gadis itu pergi. Ingin selalu ada disamping gadis manis itu.

Johnny memang berani meminta langsung seperti ini kepada anak sulungnya itu. Jaemin lelaki cerdas, bukan baru kali ini pria itu meminta bantuan mengenai pekerjaan atau perusahaan kepada Jaemin. Meskipun putranya masih duduk di bangku sekolah menengah saat ini.

Itulah kenapa, Jaemin sejak dulu sudah di percaya Johnny untuk nantinya yang akan meneruskan perusahaannya. Yang di Indonesia, ataupun di Amerika.

Atau bahkan dua-duanya.

Sudah beberapa kali Jaemin membantu Johnny, dengan hasil akhir yang selalu membuat pria jangkung itu sangat bangga kepadanya.

Sekolah. Masih bisa dia tangani atau bahkan ayahnya itu yang menangani. Kembali lagi kalau Jaemin itu cerdas. Bukan hanya pintar, tetapi juga cerdas.

Tetapi hanya satu yang benar-benar tidak ingin dia tinggalkan.

Shujin.

Bukannya mau berpikir negative, tetapi kondisi gadis itu saat ini kian memburuk. Dia tidak mau hal-hal buruk terjadi saat dia tidak disamping gadis itu.

Mata Jaemin sudah di genangi oleh air, dia benar-benar tidak mau. Dia menatap mata sayu ayahnya.

"Yah ...."

"Mas, kamu harapan satu-satunya kita ... Demi ayah, demi bunda, demi semuanya ..." Johnny mengusap lembut punggung putranya, "demi adek ...."

Jaemin mendongak, dia menghela napasnya pasrah.

"Nggak lama, 'kan?"

Johnny tersenyum, "kamu cerdas. Kamu yang akan nentuin lama nggak nya kamu disana."

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang