85. Feel lonely

169 23 4
                                    

Diruangan ini. Ruangan yang sunyi dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat, hanya terdengar mesin pendeteksi jantung disamping ranjang gadis itu berbaring.

Wajahnya terlihat pucat dan mata tertutup damai. Wajah yang dulunya selalu ceria dan tersenyum, mata yang selalu tersenyum, kini hanya terlihat tanpa ekspresi dengan mata terutup rapat.

Jaemin menatap Yeri dan adiknya disana.

Lelaki itu meminta Yeri untuk lebih dulu mendekat ke arah adiknya. Setelah selesai, dia ingin sendiri di ruangan ini. Bersama adiknya. Adik tercintanya.

"Shujin.. Bangun dong, maafin gue. Maafin gue selama ini jahat sama lo, lo boleh benci gue, lo boleh.. Apapun yang lo mau..."

Jaemin menatap gadis itu tercekat, Yeri sejak tadi tidak bisa menahan isak tangisnya. Menggenggam erat sebelah tangan gadis yang terbaring itu, sambil sesekali mengelus lembut pipinya.

"Maafin gue, buat ngediemin lo, buat nggak percaya sama lo, buat ikut ngebenci lo, buat menutup pandangan gue padahal gue tau lo lagi senyum sama gue. Maafin gue..."

"Gue salah, gue janji... Gue janji kalo lo bangun, kita bakal naik biang lala bareng bareng. Gue janji Jin, tapi lo bangun... Sahabat gue kan kuat."

Yeri terkekeh kecil diakhir ucapannya, dia masih ingat, dulu sahabatnya itu pernah memintanya untuk menaiki wahana biang lala.

Dulu, saat mereka belum bertengkar karena salah paham. Shujin yang terus merengek kepadanya untuk menaiki biang lala, tetapi dia menolak karena itu wahana yang paling menyebalkan menurutnya.

"Yer, ayo dong naik itu ya? Yayayaya?"

"Apaan sih Jin, nggak mau ah!"

"Ayolah Yer, gue pengen banget naik ituuuu!

"Nggak Jin, kek bocah tau nggaak!"

Yeri tersenyum sedih.

"Gue pulang dulu ya Jin, besok gue kesini lagi kok. Gue harap, besok lo udah bangun ya?" gadis itu beranjak dari duduknya dan membalikkan badannya, melempar senyum kepada lelaki disana.

"Makasih, Kak."

Jaemin hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah gadis itu sudah keluar dari ruangan ini, dia kemudian melangkah mendekati ranjang adiknya.

Duduk dikursi samping ranjang, yang tadi digunakan duduk juga oleh Yeri.

Lelaki itu menatap wajah pucat adiknya. Seperti yang dilakukan Yeri tadi, dia mengenggam lembut tangan adiknya. Memberi kecupan-kecupan kecil untuk gadis itu.

"Dek? Kamu ngapain tidur disini? Ini bukan tempat kamu... Pulang yuk?"

Jaemin terkekeh kecil, tersenyum kecut dan menghela napasnya sejenak. Menatap wajah itu sendu.

"Bangun dek, mas kesepian kalo nggak ada kamu. Kamu nggak kasian sama mas Nana-mu ini? Please, bangun sayang..."

Suaranya tercekat dan purau, air matanya mulai mengalir turun, menatap wajah adiknya yang tidak merespon apapun.

Wajah damai dan mata tertutup itu membuatnya semakin terpukul.

"Kamu jahat, kamu jahat sama mas... Kamu sakit gini mas nggak tau, atau mas yang kurang perhatian sama kamu?"

Oh ayolah, tenggorokkannya semakin tercekat. Jika dia boleh berteriak, dia ingin berteriak kencang saat ini.

Tetapi dia tentu saja masih ingat dimana dia berada.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang