86. Familiar

168 27 4
                                    

Pagi menjelang siang ini, gadis berambut sepunggung itu berjalan seorang diri dikoridor sekolah.

Perasaannya campur aduk saat ini. Sekarang, banyak yang membencinya. Meski video itu belum menyebar luas disekolah, tetapi pasti ada saja kabar dari mulut ke mulut.

Gadis itu yang saat ini tengah berada di kantin, dan tengah memesan baksonya bang Chitta, hanya mampu terdiam. Menunggu pesanannya selesai dibuat.

Lalu setelah selesai, dia melangkah menuju bangku kosong di sana, mempercepat langkahnya untuk menghindari tatapan sinis dan ucapan-ucapan pedas di kantin ini. Dia duduk disalah satu meja kantin, yang mana disitu juga ada beberapa anak yang duduk. Dari kelas lain.

Baru dia mendudukkan tubuhnya di kursi, anak-anak yang tadi duduk disitu langsung beranjak dari duduknya. Berdiri dan melangkah pergi, meninggalkannya seorang diri.

Tangannya meremas kuat rok seragamnya.

Sedari tadi, dia hanya mengaduk-aduk mangkuk baksonya dengan tatapan kosong. Tangannya enggan menyuapkan sendok itu ke mulutnya.

"Liat deh Ryu."

Semua menatap ke arah gadis yang dimaksud. Haechan, Chenle, Jisung, Yeri, Somi dan Lami melirik ke arah belakang sana, yang menampakkan sahabat mereka 'dulu' tengah makan seorang diri.

Dulu. Memang setelah mereka tahu kebenarannya, rasanya kadang masih sulit menerima itu.

Ryu, gadis itu, gadis yang selama ini menjadi sahabat baik mereka, ternyata sekejam ini.

"Karma emang berlaku, ya?"

"Bener Le, gue nggak nyangka Ryu kayak gitu, kok bisa-bisanya sih dia fitnah Shujin? Terus bunuh kak Mina kayak gitu? Hi ngeri banget gue."

Somi menatap Ryu tak suka, lengannya bahkan merinding. Ya, karena dia melihat sendiri bagaimana Mina terbunuh oleh gadis itu, di dalam video itu.

"Kasian Shujin, dia nggak pernah ngelakuin kesalahan, tapi selalu dia yang tanggung jawab."

"Iya bener Kak, difitnah bunuh orang coba? Itu kan hal serius, bukan hal main-main."

"Iya Lam, iya. Gih lanjut makannya?"

Jisung mengelus rambut itu lembut, ketika melihat gadis disampingnya tadi terlihat emosi dan meremas kuat sendok di genggamannya.

"Heh minyak telon! Bisaan aja lu!"

Jisung hanya meringis sambil mengidarkan tubuhnya dari sendok-sendok yang Somi lempar.

Duh, kan bising itu loh Som.

"Eh iya Chan, Shujin gimana keadaannya kemarin? Baik-baik aja, kan?"

Yang ditanya menoleh ke sumber suara, lelaki itu bingung harus menjawab apa?

Sedangkan Chenle yang merasa lelaki itu diam saja sejak tadi, dan hanya menatap kosong meja kantin langsung mendengus sebal.

"Ck, elah bapak Haechan... Sultan nanya nih!"

"Shujin koma."

Semua membulatkan matanya kecuali dia dan Yeri.

"APA?! KAK SHUJIN KO—"

Gadis yang duduk tidak jauh dari mereka mendongakkan kepalanya saat Lami berteriak dengan kerasnya beberapa detik lalu itu.

Untung saja Yeri segera melotot sambil menaruh jari telunjuknya didepan bibir gadis itu, hingga membuatnya seketika diam.

Namun, Ryu masih bisa melihat gerakan bibir gadis itu selanjutnya yang berkata 'Ma?' tanpa suara.

Dia mengalihkan tatapannya.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang