77. Feelings

238 44 28
                                    

Pagi ini sangat cerah, cerah seperti hati gadis cantik ini. Satu masalah membuatnya sedikit ringan, dia sudah dapat petunjuk, tinggal mencari bukti yang lebih kuat.

Beban yang dulu menimpanya begitu berat, sekarang perlahan mulai ringan. Insiden tentang kematian Mina kini semakin dekat untuk terungkap.

Tetapi Shujin tidak mau gegabah. Lagian, bukti kemarin itu sudah dihapus jejaknya oleh Ryu. Dan lagi, bukti sekecil itu juga tidak bisa membuatnya bahagia, bangga, atau merasa menang.

Dia harus mencari bukti yang kuat.

Dan kini tinggal satu masalah lagi, yaitu soal pencurian itu.

Jaemin dan teman-teman kakaknya itu sudah mengatakan jika mereka akan membantu memecahkan masalah ini.

Dan juga pamannya. Paman tampannya itu siap paling depan untuk membantunya menyelesaikan masalah ini.

Mark itu cerdas. Cerdas dalam hal mencari jalan keluar.

Jujur, dia terharu sekaligus senang. Banyak orang yang masih menyayanginya, hingga dia tidak merasakan kesendirian.

Dengan senang hati pun dia menerima uluran tangan mereka. Jika mereka masih mau mengulurkan tangan, kenapa tidak?

Dia sangat tidak menyangka bahwa Ryu yang melakukan itu semua kepada Mina. Apa alasan dia melakukan hal keji seperti itu? Cemburu dengan Mina yang dulu berstatus pacar Jaemin? Tetapi bisa dibicarakan baik-baik, kan?

Hari ini seperti biasa, Shujin berangkat bersama Jaemin. Saat sudah sampai disekolah, dari parkiran gadis itu sudah melihat seseorang sedang berdiri tersenyum ke arahnya dari koridor sekolah. Langsung saja dia berlari untuk menghampirinya disana.

Lagi-lagi Jaemin mendengus sebal, saat melihat adiknya sudah tidak ada disampingnya. Matanya menatap ke depan, gadis itu tengah berlari menghampiri seorang gadis berkucir kuda disana.

Sepertinya dia belum pernah melihatnya? Siapa ya?

Segera lelaki itu berlari menghapiri adiknya yang sudah akan melangkahkan kakinya lagi.

"Dek?"

Kedua gadis itu pun memberhentikan langkah menatap ke belakang.

"Iya?" gadis itu mengangkat kedua alisnya, "adek ke kelas sama temen ya hari ini?" lanjutnya.

"Itu siapa? Anak baru?"

Shujin melirik gadis disampingnya dan terkekeh. Dia memang tidak cukup terkenal disekolah ini, dengannya yang tidak mau membuka diri, menjadikannya tidak dikenal banyak orang.

"Ya ampun mas, ini temen sekelas adek. Nancy namanya."

Gadis itu ikut tersenyum saat Jaemin tersenyum kikuk ke arahnya.

"Eh, maaf-maaf, gue nggak tau."

"Nggak papa kok, kak." Nancy mengangguk paham.

"Yaudah mas, adek duluan ya! Bye!"

Jaemin kembali mendengus. Selalu seperti itu. Ditinggalkan. Adiknya berlari meninggalkannya sambil menarik lengan Nancy. Dengan malas, dia melangkah menuju kelasnya. Seorang diri.













Bell istirahat berbunyi, seketika koridor menjadi lautan manusia.

Shujin pergi ke kantin bersama Nancy. Semua anak kelasnya bingung dan mendadak kepo. Sejak kapan gadis cupu berkacamata itu memiliki teman? Apakah Shujin di guna-guna?

Eh, malah cocok kalau mereka berteman, sama-sama anak norak. Itulah yang ada dipikiran anak-anak kelas XI IPA 2.

"Ryu, yuk kantin?"

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang