90. About Her

170 31 7
                                    

Pagi ini, Ryu melangkah lemas menyusuri koridor sekolah nya. Suasana sekolah masih tidak terlalu ramai. Pandangan nya terus ke bawah, menatap ubin-ubin yang tersusun rapi di bawahnya.

Bugh

"Aww.."

"Ups, sorry."

Ryu menoleh ke samping, dimana dua orang gadis yang tadi berlari dan menabrak bahunya beberapa detik yang lalu. Seperti nya mereka sengaja, kedua gadis itu tersenyum miring dan tertawa sambil pergi meninggalkan nya.

Ryu sedikit menggeram dan memejamkan matanya sebentar. Lalu melangkahkan kakinya lagi untuk menuju ke kelas.

Sesampainya di kelas, semua menatapnya saat gadis itu memasuki kelas. Meski tidak banyak. Ryu tetap mengabaikannya dan melangkah menuju bangku nya. Dia meletakkan tas sekolahnya dan duduk disana.

Dia melirik bangku disampingnya. Gadis itu, gadis itu sudah tidak menempatinya selama tiga minggu lebih.

"Shujin, weekend lo pergi nggak? "

"Kayaknya nggak deh. Emang kenapa? "

"Temenin gue yuk, gue pengen banget beli sepatu yang waktu itu loh, yayayaya?? "

"Please... "

"Haha iya Ryu iya, kayak sama siapa aja lo. "

"Yeyy! Shujin emang baik! Lo pokoknya sahabat ter-the best gue deh!! "

Ryu menatap sendu bangku itu. Bangku yang dulu nya diisi oleh sahabatnya, sahabat yang selalu ada untuknya, sahabat yang sangat baik kepadanya. Tetapi, mengapa dia sampai tega menjahati gadis itu? Gadis berhati malaikat itu?

Tentang pencurian soal tes bahasa Inggris itu, pihak sekolah sudah mengetahuinya, mengetahuinya kalau memang dia yang mencuri, dia juga yang mengirimkan file itu ke nomor Shujin.

Dia menerima hukumannya tentu saja, skors selama satu minggu. Dua hari setelah gadis itu dirawat di rumah sakit.

Tentang video kematian Mina, pihak sekolah belum ada yang tahu, benar-benar seperti dulu saat pelaku masih mengarah kepada Shujin. Video itu benar-benar tidak sampai ke kepala sekolah, ataupun kepada polisi.

Waktu itu, Ryu sempat ingin menyerahkan diri ke polisi, ingin menyelesaikan semua masalah ini.

Tetapi dia masih memikirkan Wendy, wanita itu sekarang hidup sendiri setelah ditinggal ayahnya, yang dia punya hanya dirinya,  dia juga masih memikirkan hal-hal lain ke depan sebelum dia benar-benar menyerahkan diri.

Biarlah, dia yakin, kalau dia tidak di adili disini, di dunia, dia pasti akan di adili nanti, ketika dia menghadap Allah.

Dia tidak takut, toh ini yang dilakukannya, ini kesalahannya, dia juga harus bertanggung jawab untuk semuanya.








"Jaem..."

Lelaki yang dipanggil tadi hanya melirik dengan ekor matanya, melirik orang yang duduk disampingnya.

"Gimana Shujin? Belum ada pendonor juga?"

Lelaki yang kerap dipanggil mas Nana oleh adiknya itu tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya lemah, sementara lelaki disampingnya juga lantas menundukkan kepalanya.

"Lo, sayang sama Shujin 'kan, Jen?"

Yang mendengar itu langsung mendongakkan kepalanya, menatap sahabatnya dengan alis berkerut, "kok lo tanya itu?"

Jaemin tersenyum, "nggak papa, Jen."

Dia sebenarnya tahu, tahu kalau sahabatnya itu menyukai adiknya sudah lama. Dari tatapan nya, perlakuan nya, perhatiannya yang mulai berbeda dari pertama mereka berteman dulu.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang