94. Bunda | Mama

146 30 4
                                    

Pagi ini, gadis cantik itu sudah terbangun dari tidurnya. Dua hari pasca dia bangun dari komanya, gadis itu sudah merasa bosan saja.

Hey, tidak ingatkah dia berbaring tertidur selama tiga minggu lamanya? Ini baru dua hari dia sudah bosan.

Ucapan Ryu kemarin masih terngiang di kepalanya sampai saat ini. Apa iya benar dia dengan gadis itu sedarah? Satu Ibu? Satu Ayah? Kembar?

Mengapa rasanya hatinya membenarkan ucapan itu? Padahal dia masih ragu dengan apa yang diucapkan Ryu.

Dia masih merasa Johnny, Jisoo, dan Jaemin adalah keluarganya. Bahkan Mark. Mark dan Yoona.

Pasti lah, dia dirawat dan dibesarkan selama enam belas tahun oleh keluarga itu. Sulit memang menerima kalau mereka ternyata bukan keluarga kandungnya.

Dia menatap bundanya yang sedang beres-beres disana. Menatap wanita cantik itu dengan tatapan sayu.

'Bunda ... '

Apa benar adek bukan anak bunda? Apa benar adek bukan anak ayah? Apa benar adek bukan adik mas? Kenapa rasanya itu berat bun, adek udah nyaman dengan keluarga ini.

Mungkin seperti itulah yang ada di pikiran gadis cantik itu sekarang.

"Bunda?"

Mendengarnya, membuat Jisoo seketika menoleh menatap putrinya.

"Iya sayang?" tubuhnya mendekati gadis itu, "adek mau apa? Bilang sama Bunda, hm?"

'Bunda emang Ibu terbaik baik yang pernah adek punya. Makasih bunda ....'

Jisoo mengelus lembut puncak kepala putrinya yang masih diam dan hanya menampakkan wajah lemasnya. Memang, badannya masih terasa lemas setelah bangun kemarin.

Wanita itu masih menunggu jawaban putrinya, tapi seketika gadis itu malah memeluknya, menenggelamkan wajahnya ke pelukan itu.

"Maafin adek, udah ngerepotin Bunda ..." lirihnya sedikit purau.

"Adek kamu apaan sih? Adek nggak sama sekali ngerepotin Bunda, malah Bunda seneng kamu udah hadir dikehidupan Bunda selama ini."

Gadis itu semakin mempererat pelukannya membuat Jisoo semakin mengelus lembut punggung itu.

"Tapi adek udah nyusahin Bunda, ayah sama mas selama ini. Bahkan, adek bukan anaknya Bunda sama ayah."

Jisoo merenggangkan pelukan dan menatap putrinya dengan senyuman manisnya.

"Sayang, memang kenapa kalau adek bukan anak Bunda sama ayah? Bunda sama ayah udah anggep adek seperti anak kandung kami sendiri. Bahkan, Bunda seneng punya anak kayak kamu, meskipun dulu Bunda emang nggak berpikiran buat ngasih mas adik. Tapi, hadirnya kamu di keluarga ini, itu adalah kado terindah buat kita."

Suara Jisoo begitu lembut, membuat Shujin merasa sangat sesak sekarang ini.

"Jadi adek jangan pernah ngerasa bersalah lagi, ya sayang?" lanjutnya tersenyum lembut.

Shujin tersenyum haru dan langsung memeluk bundanya lagi, membuat wanita itu juga tercekat. Berat juga rasanya melepas gadis itu, yang sudah dari dulu dia asuh dan dia rawat dengan penuh kasih sayang.

"Tapi adek mau tetep sama Bunda ...."

"Nggak boleh gitu adek ... Kasihan dong nanti Ibu kandung kamu, hm? Kita sama-sama perempuan, adek tau 'kan rasanya kalau punya anak kandung tapi malah deketnya sama Ibu lain? Apalagi kamu juga punya saudara, Ryu, sahabat adek juga, 'kan?"

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang