97. Boyfriend

147 23 2
                                    

"Kamu yakin tetep mau pindah ke Jepang?"

Wanita itu menatap anak gadisnya antara ragu dan khawatir. Tentu saja, negara sejauh itu.

"Ryu yakin, Ma. Udah, Mama nggak usah khawatir, kan disini juga nanti ada Shujin."

Malam ini, pasangan Ibu dan anak itu tengah menyantap makan malam mereka. Ya, hanya berdua. Mungkin jika nanti gadis itu sudah pindah ke rumah ini, akan menjadi bertiga.

Tentang masalah apa yang anaknya lakukan kepada kembarannya itu, Wendy memang sudah tahu. Tetapi hanya masalah yang pencurian soal tes, wanita itu juga tidak bisa apa-apa selain memendam untuk dirinya sendiri. Dia juga tidak percaya Ryu sampai bisa melakukan hal itu.

Dia juga tidak bisa marah, dia hanya bisa memendam. Dia benar-benar tidak pernah, bahkan tidak bisa memarahi anaknya sejak dulu.

Tapi Wendy bukanlah seorang ibu yang senang menutupi kesalahan anaknya. Anaknya salah, ya tetap salah. Mungkin dia memang tidak bisa marah, tapi dia menyadarkannya dengan cara lain.

Dan terakhir, soal kematian Mina, Wendy belum tahu soal itu. Mungkin kalau sampai wanita itu tahu, entah apa yang akan terjadi.

Sebenarnya, kasihan juga Mina. Kasus kematiannya ditutup tetap dengan kecelakaan tunggal. Bukan kejadian yang sebenarnya, bahwa dia di bunuh.

"Yaudah kalau itu mau kamu, yang penting disana kamu sekolah yang pinter, nurut sama tante Rose dan suaminya, ya?"

"Pasti, Ma."

Rose yang tak lain adalah adik dari Ibunya sendiri, memang dua tahun yang lalu menikah dengan kekasihnya yang sudah empat tahun menjalin hubungan. Hingga mereka memutuskan pindah ke Jepang dan menetap disana. Karena suaminya ini memang bekerja di Jepang.

Sampai saat ini, mereka belum mempunyai anak. Rose ini memang sangat sayang dengan Ryu, layaknya putri sendiri. Sudah tidak di khawatirkan lagi tentang kehidupan gadis itu nanti di Jepang. Pasti akan terpenuhi.

Ryu akan berangkat ke Jepang lusa. Masih hanya Wendy yang mengetahui keberangkatannya. Rencananya gadis itu akan memberitahukan Shujin besok. Sekalian menjenguk gadis itu.

















Pagi ini terlihat begitu bahagia untuk Shujin. Gadis itu bangun dan langsung melihat wajah kakaknya.

Eh bukan, kekasihnya yang masih tertidur dengan posisi menidurkan kepalanya disamping ranjangnya.

Padahal Shujin sudah melarangnya untuk tidur disitu, dengan alasan nanti badan lelaki itu akan sakit, karena terlalu lama tertidur dengan posisi duduk seperti itu. Tetapi ya, Jaemin menolaknya.

Tidak tahu saja, selama dia koma, lelaki itu yang selalu tertidur dengan posisi seperti itu.

Shujin tersenyum memiringkan tubuhnya untuk menghadap Jaemin. Lalu tangannya terulur untuk menyentuh rambut itu. Di usapnya lembut, lalu turun ke bawah, mengusap bulu mata cantik itu dengan telunjuk jarinya.

Ah, lelaki itu masih tertidur dengan pulas.

Tidak ada tanda-tanda Jisoo disini. Mungkin beliau sedang keluar mencari makan untuk dirinya, Mark dan juga Jaemin. Karena dia hari ini juga harus sekolah, lelaki itu berangkat dari rumah sakit hari ini, memang dia menginap.

Mungkin Jaemin tidak mau jauh-jauh dari kekasih cantiknya itu. Dan tadi malam, Mark datang ke rumah sakit untuk membawa baju seragam keponakan lelakinya dan beberapa buku jadwal pelajaran hari ini.

Mark? Sepertinya masih mendengkur di atas sofa sana.

Gadis itu semakin melebarkan senyumnya ketika Jaemin mulai terusik tidurnya, karena dia sekarang terlihat tengah mengerutkan dahinya dengan bibirnya yang manyun.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang