72. Don't let go of this hug

230 40 25
                                    

"Tunggu sebentar ya, Pak?"

Langkahnya terayun memasuki pintu utama toko yang tidak terlalu besar itu.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?"

Shujin melangkah mendekat dan tersenyum kepada pelayan dihadapannya.

"Permisi mba, saya mau tanya obat. Eumm, sebentar."

Gadis itu melepaskan salah satu selempang tas sekolahnya, hingga tangannya bisa merogoh benda yang ada didalamnya.

"Maaf mba, ini."

Pelayan itu menerima benda yang diulurkan gadis cantik dihadapannya itu, melihatnya dengan saksama, alisnya berkerut. Sama halnya dengan pelayan satunya lagi yang berada disampingnya.

Pelayan itu memandang satu sama lain saat membaca salah satu tulisan di beberapa obat digenggamannya. Tulisan yang tidak sembarang orang mengerti.

"Maaf dek, sepertinya kamu langsung saja ke dokter yang bersangkutan, menanyakan ini."

Kedua alisnya berkerut, "memangnya kenapa mba?"

"Sepertinya itu obat penyakit dalam."

Pelayan itu memandang gadis dihadapannya tak enak, saat seketika raut wajah gadis itu berubah kaget. Dia terdiam cukup lama, lalu tangannya terulur mengambil obat-obatan itu yang sudah tergeletak di meja.

"Terima kasih banyak ya, mba? Kalau gitu saya permisi."

Shujin tersenyum tipis sambil membungkukkan tubuhnya sedikit untuk memberi salam.

Bugh!

"Ke rumah sakit, Pak."

"Baik neng."






Hari semakin sore, waktu menunjukkan pukul 17.20 WIB.

Keresahan terjadi dirumah ini. Lelaki bertubuh tinggi itu sejak tadi mondar-mandir diruang tamu. Menggenggam ponselnya resah.

Keponakannya sejak tadi pulang sekolah belum juga sampai dirumah. Telfonnya pun tidak diangkat sama sekali. Kemana gadis itu?

Jaemin. Meski lelaki itu sedang duduk di sofa ruang tamu dan tidak seresah Mark, tetapi didalam hatinya dia juga sangat mengkhawatirkan adiknya. Dia juga resah adiknya belum pulang sejak tadi siang.

Tadi, saat Mark mengirimkannya sms jika akan menjemput keponakan gadisnya itu, dia mendapat balasan jika gadis itu akan pergi ke Gramedia terlebih dahulu, bersama temannya. Jadi katanya, Mark tidak usah menjemputnya.

Mark memberitahu Jaemin tentang itu. Lalu Jaemin bingung, semua anak sekolah menjauhi adiknya, tidak ada yang mau berteman dengan gadis itu.

Hanya tiga orang yang masih setia dengan adiknya. Dia tersenyum kecut. Bahkan, namanya saja tidak termasuk ke dalam tiga orang yang dimaksudnya tadi.

Satu, Haechan. Bisa saja dia pergi dengan Haechan. Tetapi tadi siang dia sudah melihat lelaki itu pulang.

Lami, dia juga sudah menelfon Renjun, katanya adiknya itu sudah dirumah sejak pulang sekolah.

Ryu, dia rasa hubungan adiknya dan gadis itu juga sedang tidak baik. Dia sempat menanyakan pada gadis itu juga. Tapi nihil.

Dia semakin khawatir.

"Abang harus cari adek."

"Mas aja, bang."

Jaemin bangkit dari duduknya, menghentikan langkah Mark yang akan membuka pintu. Mark memandangnya sayu.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang