10. Acting up

370 100 27
                                    

"Jin, pinjem catetannya dong? Gue mau belajar, hehe."

Ucap Jisung saat Shujin baru saja meletakkan tasnya di kursinya, lalu membuka tasnya dan mengambil buku tulisnya yang berwarna biru itu.

"Nih."

"Ih, Shujin emang selalu baik, Icung doain Shujin makin pinter deh!"

"Haha bisa aja lo Sung, aamiin."

Gadis itu terkekeh mendengar ucapan Jisung tadi, lelaki itu langsung pergi ke bangkunya sambil jingkrak-jingkrak senang.

Ini sudah kebiasaan Shujin untuk meminjamkan buku catatan pribadinya kepada teman-temannya yang membutuhkan.

Kata orang-orang, pintar itu kalau dibagi-bagi bisa menjadikan kita tambah pintar, kalau dipendam sendiri malah membuat kita semakin bodoh.

Dan Shujin percaya itu, sudah dibuktikan kan?

Maka dari itu, dia dengan suka rela meminjamkan catatan pribadinya kepada teman-temannya. Pantas saja dia selalu menjadi juara kelas. Bahkan mendapat peringkat paralel.

Ya, hari ini, jam pertama memang ada ulangan. Lagi pada uring-uringan nih dikelas.

Ada yang belajar sambil pake headseat, ada yang sambil tiduran dibelakang sana, ada yang belajar secara berkelompok, dan ada yang tengah sibuk menulis rangkaian contekan di atas meja, yang sudah dia siapkan dari beberapa minggu yang lalu.

Ya, siapa lagi kalau bukan si aura gelap itu.

Baiklah, bell berbunyi, guru pun memasuki kelas.

Ulangan kali ini suasananya hening. Karena ya, ini ulangan fisika yang membuat semua orang berkonsentrasi dengan rumus.

Ganteng sih gurunya, botak tapi, killer lagi.

"Lima menit lagi!" Ucapnya tegas.

Terdengar banyak helaan napas panjang dari murid-murid dikelas ini.

"Sekarang kumpulkan!"

Tidak sampai lima menit, guru itupun memerintahkan agar murid-muridnya segera mengumpulkan lembar jawabnya.

"Yaelah, tuh guru pengen gue santet apa! Belom juga lima menit!"

Haechan mendengus sebal sambil memandang teman-temannya, banyak yang maju kedepan untuk menyerahkan lembar jawab.

"Iya ih, Icung kan belum selese! Sebel!"

Ucap lelaki yang duduk disamping Haechan, raut wajahnya udah kayak mau nangis. Karena, Jisung juga baru mengerjakan dua soal dari sepuluh soal yang diberikan.

"Eh, lo udah semua?"

Haechan menatap Chenle yang hendak beranjak dari tempat duduknya.

"Udah. Udahlah ngarang aja. Serahkan semuanya sama yang diatas."

"Kunyuk lo!"

"Heh, kamu ngatain bapak kunyuk?!"

"Yaelah, denger bae itu pentol korek..." lirih Haechan sambil menatap gurunya itu yang masih menatapnya garang.

"Enggak pak, ya ampun, baperan amat si Pak!"

"Awas ya kamu Haechan, kalo sampe dapet nilai 10 lagi di ulangan bapak, bapak sunat lagi kamu."

Haechan males nanggapin guru itu, suka nggak berfaedah.

Diantara mereka bertiga, yaitu Haechan, Jisung dan Chenle, memang hanya Jisung-lah yang otaknya paling encer.

Ya, nggak encer banget sih. Tapi lumayan, dia sering mendapat nilai 60 atau 70 kalau ada ulangan. Tidak seperti Haechan dan Chenle yang mentok-mentok nilai paling tinggi yang mereka dapatkan ya 30.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang