22. Awkward

323 72 8
                                    

"Assalamualaikum! Shujin~~!!"

Pintu kamar berwarna putih  itu terbuka lebar, menampakkan sahabat-sahabatnya. Ryu yang paling depan, kemudian disusul Yeri, Somi, Haechan, Jisung, dan juga Chenle.

Haechan terlihat membawa sebuah parsel buah yang tadi sempat dibeli para gadis.

Gadis yang tengah bersandar di kepala tempat tidur tentu saja langsung menarik kedua sudut dibibirnya dengan lebar.

Ah, dia rindu sekali pada sahabat-sahabatnya itu, padahal baru satu hari dia tidak berangkat sekolah, bagaimana bila dia harus berpisah dengan mereka semua?

Ryujin yang hangat, berusaha selalu melindunginya. Yeri yang terkadang manja kepadanya, menjadikannya tempat curhat. Somi yang bawel, tidak takut dengan apapun, selalu menjaganya juga.

Haechan yang ramai, Haechan yang nyebelin, Haechan yang menyayanginya. Jisung yang polos, selalu bersikap manis dan lucu kepada siapapun. Chenle yang baik hati, yang tidak pernah memilih-milih teman meskipun dia dari keluarga yang terpandang.

Ah, akan jadi apa dia bila mereka menghilang dan tidak ada disampingnya?

Terlarut dalam pikiran itu, membuatnya tidak sadar bahwa masih ada beberapa orang yang mulai memasuki kamarnya juga.

Terlihat satu persatu memasuki kamarnya. Jeno, Lucas, Jungwoo, Renjun, dan tentu saja Jaemin, kakaknya.

Sebentar, masih ada satu orang lagi yang berjalan disamping kakaknya itu.

Mina?

Shujin yang tadinya tersenyum itu melunturkan senyumnya, ketika melihat gadis itu dan kakaknya masuk bebarengan.

Jangan tanya dia tahu dari siapa bahwa kemarin kakaknya itu jalan dengan Mina dan meninggalkannya. Bukan dari Jeno, lelaki itu tentu saja tidak akan memanfaatkan kesempatan disaat seperti ini.

Ryu, Yeri dan Somi yang seolah tau tatapan Shujin berubah, hanya ikut melirik Mina dengan ekor mata mereka, yang pasti tidak diketahui oleh gadis berambut panjang yang dihiasi bando pita itu.

"Beb, gue bawain buah nih buat lo, supaya lo cepet sehat!"

Ucap Haechan semangat dan membuyarkan Shujin yang langsung menatap sahabatnya itu tersenyum.

"Yeee, kita kita ya yang beliin. Lo mah cuma modal bawa doang!" Somi merasa tak terima menatap Haechan dengan ganas.

"Ya kan bawa dari bawah tadi keatas butuh perjuangan. Gara-gara lo nih perut buncit gue jadi mengecil, kan? Ah, sayang banget padahal. Tenang ya, besok lo pasti gede lagi kok."

Ucap lelaki itu membela diri, lalu terlihat mengelus-elus perutnya itu yang membuat orang-orang disini langsung berekspresi jijik. Shujin hanya terkekeh melihat kelakuan Haechan. Lelaki itu kemudian beralih menatapnya dan langsung nyengir lebar.

"Gue kupasin ya, beb?"

Haechan langsung mengambil pisau diatas nakas Shujin setelah dia mengangguk, mungkin tadi juga sudah untuk memotong buah.

"Bab beb bab beb, emang dia punya lo?" Ucapan Lucas membuat Haechan menatapnya sinis.

"Iya, masalah buat L?"

"Halah nggak usah ngadi-ngadi lo bakteri, emang mau Shujin sama L?"

"Ya terserah gue dong! Kok L jadi ngatur hidup gue yang suci ini sih babon?!"

"Suci? Pfft, muka banyak maksiat gitu lo bilang suci, ruqyah dulu sana lo!"

"Eh, kok lo nyolot sih! Nggak mirror anda ini! Gelud wae ayok lah gelud! Dasar siluman!"

Semua menatap Haechan dan Lucas males, gini nih kalo dua calon penghuni neraka disatukan. Lucas yang nggak mau ngalah sama Haechan, apalagi Haechan yang katanya nggak sudi hormat sama kakak kelas macam Lucas.

"Shh, kalian kenapa si? Ngga baik--"

"Iya Njun, iya. Udah lo diem, gue diem."

Renjun yang baru saja akan mengeluarkan dalilnya seketika mendengus sebal karena sudah dipotong oleh Lucas terlebih dahulu. Dia mah pasrah udahlah.

Lucas hanya menjulurkan lidahnya kepada Haechan yang kembali sibuk mengupaskan buah untuk Shujin.

"Shujin, ini buat kamu."

Semua beralih menatap suara lembut itu. Shujin menatap Mina tanpa ekspresi, enggan untuk mengangkat tangannya guna menerima pemberian dari gadis yang tengah tersenyum manis kepadanya.

Mina yang merasa tangannya mengambang lama tidak ada balasan perlahan menurunkan tangannya, tetapi langsung diambil alih oleh Jaemin dan meletakannya dinakas Shujin.

Dia menatap Jaemin dengan senyuman manisnya, yang juga dibalas tak kalah manis oleh lelaki itu. Shujin membuang muka melihat adegan itu. Sama halnya dengan Ryu, sekarang ini dia terlihat tengah cemberut.

Lucas menatap Somi yang ada disampingnya dengan pergerakan mulut yang mengisyaratkan bertanya 'kenapa?'  dan hanya dibalas dengan gelengan kepala olehnya.

"Oh iya, kita juga ada nih buat Shujin."

Shujin beralih menatap Renjun yang tengah mengulurkan tangannya yang menggenggam sesuatu itu. Gadis itu menerimanya dengan senang.

"Makasih, kak Renjun."

"Sama-sama, ini dari kak Renjun, Lucas, Jungwoo sama Jeno." Renjun ikut tersenyum menatap Shujin yang sudah menerima pemberiannya tadi.

Mina menatap Jaemin disampingnya dengan senyum tipis, merasa pemberian darinya tidak diterima dengan baik oleh adik lelaki itu.

Jaemin hanya tersenyum. Dia tidak akan menyalahkan adiknya yang bersifat seperti itu kepada Mina. Dia tau, adiknya masih marah kepadanya karena menerima ajakan pergi dari Mina kemarin, dan berakhir dengan melupakannya dan meninggalkannya.

Dan dia juga tidak bisa seenaknya marah atau menyalahkan Mina karena gadis itu mengajaknya pergi.

Tidak bisa.

"Oh iya, makasih ya Jen, kemaren udah nganterin adek gue sampe rumah, dan udah mau nemenin dia."

Ucap Jaemin memecahkan keheningan dikamar ini. Kemarin dia belum sempat berterima kasih kepada sahabatnya itu, karena Jeno pulang saat dirinya tengah mandi.

Meskipun masih sedikit ribut akibat kelakuan Jisung dan Chenle yang entah cerita tentang apa sambil berbisik dan sesekali tertawa itu. Kelihatannya sih, mereka berdua lagi mainan gorden bagian bawah yang ada dikamar Shujin ini, sambil ketawa ketiwi sendiri.

Macam meong.

Dasar dua anak itu.

Jeno menoleh ke arah lelaki itu dengan mengangguk dan tersenyum, "santai aja, Jaem. Gue nggak keberatan kalo suruh jagain Shujin."

Ah, Jeno tersenyum.

Yeri yang sejak tadi selalu menatap Jeno itu begitu iri melihatnya. Dia bisa tersenyum seperti itu ketika membicarakan Shujin, sahabatnya, kenapa dia sulit sekali membuat Jeno tersenyum seperti itu juga kepadanya?

Shujin menatap Jeno setelah kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir lelaki itu, dia beralih menatap kakaknya, lalu beralih menatap Yeri yang kini tengah menatapnya.

Gadis berambut sebahu itu menggeleng menatap Yeri, meyakinkan sahabatnya itu jika tidak ada apa-apa antara dirinya dengan Jeno, atau tidak ada hal lebih yang mereka lakukan kecuali Jeno memang hanya mengantarnya kemarin.

Gadis itu hanya membalasnya dengan senyuman tipis, setelah kemudian membuang wajahnya menatap ke arah lain.

Ryu menatap kedua gadis itu bergantian. Dia tahu Yeri cemburu.

Dan suasana di kamar ini semakin canggung.





To be continued~


Hmm, apakah akan ada perang dunia?


♡'・ᴗ・'♡
findaaasnp
•15-06-20•
Hey, Stay Here || Na Jaemin

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang