103. The Day

172 23 3
                                    

"Sayang, nanti pulang aku jemput ya?"

Gadis berambut sepunggung itu tersenyum menganggukkan kepalanya, yang selanjutnya lalu mendapatkan kecupan manis di keningnya, dan kecupan singkat di bibirnya tentu saja.

"Kuliah yang pinter."

"Hehe, siap kapten!"

Lelaki itu ikut tersenyum mendapat senyuman super manis oleh gadis di hadapannya ini, yang tidak lain adalah calon istrinya.

Baiklah, lusa mereka akan melangsungkan pernikahan di kediaman sang gadis. Tidak besar-besaran, hanya mengundang beberapa teman sekolah SMA dulu, beberapa teman kuliah, dan beberapa rekan kerja orang tua dari mempelai lelaki.

Karena, calon pengantin perempuan juga hanya sisa satu keluarga yang dia miliki. Ibunya, dia hanya memiliki sosok Ibu di hidupnya.

Meski dalam kenyataan dia hanya memiliki Ibu, tetapi gadis itu juga memiliki ibu yang lain, ibu yang sejak dia bayi dulu sampai umurnya tujuh belas tahun, telah merawatnya dengan begitu baik.

Dan lagi, meski dia sudah tidak memiliki ayah, ada seseorang juga yang masih bisa dianggapnya sebagai Ayah. Dengan senang hati malah pria itu meminta dia tetap menjadi anaknya, anak gadisnya.

Meski dia di tinggalkan dua orang yang dia sayang di keluarganya, tetapi masih banyak orang yang menyayanginya, masih banyak juga dari mereka yang selalu ada di sampingnya.

Sehingga dia juga tidak terlalu merasa kesepian.

"Eh, Mas anterin sampe kelas deh."

Gadis itu menatap lelaki yang duduk di sampingnya itu dengan alis berkerut ketika lelaki itu beranjak dari duduknya, dan keluar mobil.

Dari dalam mobil dia dapat melihat lelaki itu membukakan pintu mobilnya dan langsung mengulurkan tangannya.

Gadis itu terkekeh lalu menerima uluran tangan itu, langsung saja sang lelaki menggenggam tangan itu erat. Menggandengnya memasuki gedung besar di hadapan mereka.

"Nggak ada senior yang jahat sama kamu, 'kan?"

"Nggak ada yang bully kamu, 'kan?"

"Nggak ada cowok yang deketin kamu, 'kan?"

"Mas."

"Apa?"

Gadis itu sedikit terkekeh menatap wajah lelaki di sampingnya yang sudah berubah cemberut.

"Enggak ya ampun Mas, aku 'kan baru jadi anak kuliahan, nggak banyak senior yang tau aku juga."

"Maka yang baru itu, takut banyak yang bully kamu, iri sama kamu, iri sama kecantikan kamu."

"Mas, ih!"

Wajah lelaki itu seketika meringis saat gadis di sampingnya beberapa kali mencubiti perutnya.

Tidak ada berubahnya lelaki itu sejak dulu, masih saja terlampau khawatir kepada gadis itu. Sejak mereka kecil.

"Lagian kan disini ada kak Jeno juga, dia juga selalu jagain aku kok."

"Ya ... walaupun gitu, jangan terlalu deket juga sama dia, mas nggak cemburu tau."

Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.

Ya, sudah satu tahun berlalu. Shujin, gadis itu, memang baru menjadi anak kuliahan. Dia mengambil jurusan kedokteran. Sedangkan Jaemin, lelaki itu mengambil jurusan management. Agar bisa menjadi penerus ayahnya.

Tidak kuliah di jurusan itu juga Jaemin sudah bisa menggantikkan Johnny sebagai seorang CEO. Dengan kecerdasannya itu.

Jaemin sudah satu tahun kuliah, sementara Shujin baru masuk. Meskipun begitu, mereka akan tetap melangsungkan pernikahan, walau mereka masih sama-sama kuliah.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang