48. About feeling

254 44 0
                                    

"Bang Mark?"

"Hm?"

Shujin menatap paman tampannya itu sekilas. Mereka saat ini tengah berada dibalkon kamar gadis itu, tengah menikmati angin malam sambil ditemani gitar yang sejak tadi dipangku lelaki itu.

Sesekali tangan kanannya memetik benda tipis panjang itu, hingga terdengar alunan suara yang membuatnya tenang, begitu tenang.

"Adek mau cerita deh."

Mark tersenyum, bau-baunya ini keponakan manisnya mau cerita tentang cinta-cinta nih, "cerita aja..."

"Gimana sih bang, kalo kita sayang sama orang, tapi kita juga cinta sama orang?"

Lelaki itu mengernyitkan alisnya, "maksudnya gimana nih? Sayang sama orang tapi juga cinta sama orang? Maksudnya orang yang beda gitu?" Shujin mengangguk.

"Adek yang gitu?"

Shujin menoleh saat lelaki itu bertanya dengan nada yang tenang.

Ah, pamannya ini emang tempat curhat paling the best, sering ngasih saran dan motivasi sama kata-kata bijaknya, apalagi suaranya yang adem itu, bikin yang denger juga adem.

Gadis itu kembali mengangguk lemah. Mark tersenyum.

Udah besar rupanya keponakan kecilnya ini.

"Adek sayang sama seseorang, yang sulit adek miliki. Dan adek juga cinta sama seseorang, yang bahkan ini, lebih nggak mungkin adek miliki..." ujarnya tersenyum tipis.

"Sini."

Mark kembali tersenyum dan menepuk pelan pundaknya saat melihat cairan bening itu perlahan membasahi pipi keponakannya.

Shujin yang mendengar itu lantas beranjak dari duduknya, menghampiri Mark, memeluk erat lelaki itu dengan tubuhnya berada dipangkuan lelaki itu. Menenggelamkan kepalanya pada pundak Mark.

Sudah sering begini, dari kecil, bila gadis itu curhat dengan pamannya, pasti pamannya itu akan memangku tubuhnya sambil memeluknya, meskipun sekarang sudah sebesar ini, kadang dia masih suka minta pangku pada paman tampannya itu.

Ada kenyamanan tersendiri.

Mark ini sangat baik, peduli, perhatian kepadanya, sejak kecil. Kadang lebih protektif Mark daripada Jaemin. Tapi keadaan rumah mereka yang jauh juga, jadi membuat mereka jarang bertemu.

Dan sekali lagi, Shujin bersyukur mendapat begitu banyak perlindungan dan kasih sayang dari ketiga lelaki dikeluarga ini.

Johnny, Jaemin, dan juga Mark.

Seandainya kakeknya itu masih ada, pasti dia akan menjadi gadis yang lebih beruntung lagi.

Tapi kakeknya sudah meninggal saat dia bahkan belum lahir, hingga dia juga tidak ada satupun kenangan dengan kakeknya.

Sedangkan kakek dan nenek dari Johnny? Mereka di Chicago Amerika, jarang ke Indonesia.

Kembali lagi pada kedua orang itu. Shujin masih setia memeluk leher Mark, sedangkan lelaki itu juga masih setia mengelus punggung keponakannya.

Mark saja sudah merasakan kaos hitam polosnya itu basah dibagian pundak sebalah kirinya. Dia terkekeh dalam hati, siapa lelaki yang berhasil membuat gadis ini menangis? Sebegitu berartinya kah lelaki itu untuk gadis ini?

Maksudnya, kedua lelaki itu?

Kenapa Shujin sampai menaruh hati kepada dua lelaki sekaligus? Dan kenapa ada dua lelaki yang bisa mencuri hati gadis itu?

Tetapi Mark yakin, kedua lelaki ini memang mungkin sangat begitu gadis itu sayangi. Keponakannya ini jarang curhat masalah lelaki, sejak dulu, sejak dulu memang gadis itu belum pernah berpacaran dengan siapapun.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang