83. The devil behind the angel

208 37 8
                                    

Bell istirahat kedua sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ryu lebih memilih pergi ke toilet, karena dia juga sedikit mual, tidak enak badan.

Gadis itu menatap ke arah cermin besar dihadapannya. Menatap dirinya yang sedikit berwajah pucat.

Dia terlalu banyak yang dipikirkan, dia terlalu kepikiran dengan kebohongannya yang sudah terungkap, fitnahnya kepada gadis itu sudah terungkap.

Jujur dia takut. Semoga, masalah kejadian sebenarnya tentang kematian Mina, gadis itu, ya gadis itu, Shujin, masih tutup mulut.

Pandangannya mengarah kepada derap langkah yang memasuki toilet.

Gadis itu.

Gadis yang baru saja dipikirkannya itu memasuki toilet dengan santai, melirik sekilas ke arahnya, lalu melakukan tujuan awalnya ke toilet, yaitu mencuci rok seragamnya yang terkena moyonaise.

Terkena jajanan punya Haechan tadi tuh.

Sedang asik-asik bercanda berempat, ya Shujin, Haechan, dan dua Chenji, malah tangan Haechan yang lagi megang jajan kesenggol si Lele, jatuh deh kena rok seragam Shujin.

"Lagi ngaca?"

Pertanyaan itu membuat Ryu menoleh ke arahnya.

"Nggak ada yang berubah, kaca juga nggak akan bilang lo kayak malaikat."

Shujin tersenyum menatap Ryu dari cermin.

Yang ditatap saat ini tengah menggertakkan giginya.

"Lo pikir gue bakal hancur hanya karna ini?"

Dia kembali mendongakkan kepalanya lagi menatap gadis disampingnya, lalu menghadap gadis itu, sambil bersidekap dada. Dia tersenyum tipis.

"Lo mau coba nutupin ketakutan lo itu, dengan wajah ini?" tangannya terulur mengelus pipi itu dengan punggung tangannya, yang langsung ditepis kasar oleh gadis itu.

"Seharusnya lo kondisikan dulu wajah ini ... kalo lo mau bohong." Lirihnya tersenyum manis,

"hanya karena lo sok kuat, lo pikir lo bisa nyembunyiin ini semua? Gue udah pernah ngalamin Ryu, dan gue tau. Perasaan begitu tertekan, perasaan begitu menyesakkan, dan lo pengin kabur dari semua masalah ini, seakan nggak pernah terjadi apa-apa."

Gadis itu menatap Ryu dengan senyuman santainya, lalu pandangannya dia alihkan ke cermin lagi.

"Tapi bagus deh, emang lo sesekali harus ngaca."

Lanjutnya sambil tersenyum manis. Ryu masih menatap gadis itu sinis dari samping.

Shujin menolehkan kepalanya menatap Ryu, lalu mengisyaratkan gadis itu untuk menatap ke depan dengan dagunya.

Perlahan yang diperintahkan itu menatap ke depan, menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.

"Biar lo nggak lupa kayak apa wujud lo sendiri."

"Emang sih, kaca yang nggak pernah bohong aja, nggak bisa mantulin diri lo yang sebenernya."

Shujin menoleh, "Malaikat? No ..." gadis itu terkekeh kecil dan menoleh ke cermin lagi menatap Ryu, "Iblis."

Lirihnya tersenyum sinis lalu melangkah keluar meninggalkan toilet, dan juga meninggalkan gadis itu sendirian.

Ryu yang mendengar itu, membuat tangannya mengepal, dan matanya mulai memanas. Langkah kakinya dengan cepat menyusul gadis itu yang sudah keluar lebih dulu.

"Ikut gue."

Shujin dapat merasakan tangan Ryu mencekal kuat lengannya, menyeretnya di sepanjang koridor, dan membawanya ke suatu tempat.













[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang